Corona, Kredit Macet Bank Mandiri Diprediksi Naik

Serangan virus corona yang sudah masuk Tanah Air bakal memberikan tekanan pada dunia usaha termasuk sektor perbankan.
Royke Tumilaar. (Foto: Bank Mandiri)

Jakarta - Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk. (Persero) Royke Tumilaar mengakui perjalanan bisnis tahun ini akan cukup menantang. Pasalnya, serangan virus corona jenis COVID-19 yang kini melanda Tanah Air dinilai bakal memberikan tekanan pada dunia usaha.

Salah satu sektor yang kini menjadi perhatian Bank Mandiri adalah potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL). Dia memproyeksi, pelebaran NPL bisa terjadi pada kisaran 0,2 hingga 0,3 persen untuk sepanjang 2020.

“Ya kalau lama dan berkepanjangan seperti ini bisa saja. Beberapa bahan baku produksi dari China sudah sulit masuk, ini menyusahkan pelaku usaha. Kalau mereka tidak bisa berproduksi kan banyak impact-nya termasuk pada pembayaran kredit perbankan,” ujarnya di Kompleks Bank Indonesia Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020.

Pendekatan yang kami lakukan adalah dengan peningkatan mitigasi risiko dan juga penjadwalan ulang pembayaran kewajiban nasabah.

Selain itu, sektor lain yang juga menjadi kekhawatiran perseroan adalah industri pariwisata. Pasalnya, emiten dengan ticker saham BMRI itu juga tercatat menyalurkan pembiayaan pada sejumlah hotel dan travel agen di Indonesia. Untuk itu, langkah strategis lain perseroan guna mencegah peningkatan rasio kredit bermasalah adalah dengan melakukan restrukturisasi kredit.

Bank MandiriBank Mandiri. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

“Sektor pariwisata ini masuk dalam kategori turisme. Pendakatan yang kami lakukan adalah dengan peningkatan mitigasi risiko dan juga penjadwalan ulang pembayaran kewajiban nasabah,” tutur Royke.

Sebenarnya, pada 2019 lalu capaian NPL Bank Mandiri terpantau berada di level aman dengan 2,3 persen. Angka ini turun 42 basis poin dari periode yang sama 2018. Jika asumsi terburuk peningkatan NPL sebesar 0,3 persen pada sepanjang tahun ini benar-benar terjadi, maka rasio kredit bermasalah bank milik pemerintah tersebut masih tetap berada pada kisaran 2,6 persen.

Hasil ini tergolong lebih rendah dari batasan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan 5 persen plus minus satu persen. “Sampai Januari kemarin NPL masih nihil,” kata Royke.

Sebagai informasi, Bank Mandiri pada 2019 berhasil membukukan laba sebesar Rp 27,5 triliun, tumbuh sekitar 9 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2018. Pembentukan cuan tersebut banyak ditopang oleh kredit perseoran yang 10,7 persen menjadi Rp 907 triliun.

Adapun, pembiayaan infrastruktur menjadi tumpuan utama Bank Mandiri dalam menyalurkan kredit dengan catatan Rp 209 triliun. Disusul kemudian, telematika (Rp 24 triliun), fasilitas perumahan dan kota (Rp 17 triliun), serta beberapa portofolio lainnya.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Profil Royke Tumilaar, Direktur Utama Bank Mandiri
Royke Tumilaar, orang pilihan Erick Thohir untuk menduduki kursi Direktur Utama Bank Mandiri. Berikut profil dan rekaman jejaknya.
Growth Laba Bank Mandiri Terbesar Se-ASEAN
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba paling tinggi di antara semua bank yang berada di regional Asia Tenggara.
Rapor Bank BUMN 2019, Mandiri Paling Cemerlang
Kinerja bank BUMN teratas berdasarkan pertumbuhan laba paling agresif dan beberapa indikator lain sepanjang 2019. Bank Mandiri juaranya.