Jakarta - Kegiatan bisnis dan industri di China menggeliat kembali pasca terpuruk oleh wabah virus corona jenis COVID-19 yang melanda sebagian besar negara di dunia. Penyebaran virus sejenis sindrom pernafasan akut berat (Sars) di Tiongkok mulai melambat, namun meluas dengan bertambahnya jumlah negara yang terinfeksi.
Sejumlah pabrik di China mulai beroperasi secara normal, menyusul perlambatan wabah corona virus. Menurut kantor berita resmi Xinhua, lebih dari 90 persen perusahaan di Provinsi Guangdong sudah aktif lagi sejak Senin. Sementara Departemen Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Guangdong menyebutkan sekitar 6,08 juta pekerja migran kembali bekerja.
Mereka ini mewakili sekitar sepertiga dari keseluruhan populasi pekerja migran di Provinsi Guangdong. Seperti diberitakan dari South China Morning Post, Senin, 4 Maret 2020, para pekerja migran itu mayoritas dari perusahaan besar atau korporasi. Sementara perusahaan menengah kecil masih memutuskan belum beroperasi.

Sebagian pekerja belum dapat kembali bekerja karena masih adanya pembatasan perjalanan atau persyaratan kesehatan baru yang diberlakukan pabrik atau perusahaan untuk menghentikan penyebaran virus yang mematikan. Berdasarkan data terbaru, virus telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang dan menewaskan lebih dari 2.900 di China.
Sebanyak 209 perusahaan mendapat prioritas untuk merekrut pekerja. Ke-209 perusahaan itu merupakan pemasok utama untuk perusahaan telekomunikasi, Huawei. Selain itu 21 pemasok utama untuk ZTE, 17 pemasok untuk perusahaan pembuat peralatan listrik Midea, dan 343 pemasok untuk produsen mobil GAC Group juga mendapatkan prioritas mencari karyawan baru.
Sejumlah usaha kecil dan menengah masih maish berjuang untuk menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. "Kami tidak dapat membayar transportasi penerbangan dan kereta. Kami juga tidak dapat subsidi dari pemerintah yang hanya diberikan untuk perusahaan raksasa dan perusahaan milik negara," kata Wang Tai, pemilik perusahaan kecil di Guangzhou, Provinsi Guangdong.[]