Jakarta – Pandemi atau wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) terus berkecamuk di banyak negara dengan jumlah kasus baru dan kematian yang banyak. Di beberapa negara pandemi Covid-19 sebagai episentrum baru. Pandemi Covid-19 lagi-lagi membuka lembaran baru dengan mencatatkan jumlah kasus global 6.009.124 melewati angka 6.000.000.
Laporan situs independen worldometer tanggal 30 Mei 2020 pukul 05.14 WIB kasus Covid-19 di dunia mencapai 6.009.124 dengan 366.039 kematian dan 2.650.688 sembuh. Jumlah ini terjadi dalam waktu 152 hari sejak kasus pertama di Wuhan, China, dilaporkan otoritas China ke Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tanggal 31 Desember 2019.
Sedangkan situs Johns Hopkins University (JHU) melaporkan kasus global 5.888.498. WHO melaporkan sampai tanggal 29 Mei 2020 pukul 15.00 WIB sebanyak 5.701.337. Situs worldometer melaporkan kasus Covid-19 per negara secara real time dengan link langsung ke negara ybs.
Ada 15 negara sebagai ‘penyumbang’ kasus terbesar Covid-19 mulai dari Amerika Serikat (AS) sampai China (Lihat Tabel).

Pandemi corona juga membuka lembaran baru dalam aspek epidemiologi yaitu episentrum Covid-19 justru terjadi di luar China dan Korea Selatan (Korsel). Ketika corona merebak banyak kalangan yang memperkirakan China akan jadi ‘neraka’ corona yang akan disusul oleh Korsel.
Tapi, fakta berbicara lain karena sampai kasus dunia tembus 6.000.000 kasus di China dan Korsel justru kecil. China di peringkat ke-15 dunia yang melaporkan 82.995 kasus dengan 4.634 kematian dan 78.291 sembuh. Korsel di peringkat ke-48 dunia dengan 11.402 kasus 269 kematian dan 10.363 sembuh.
Semula episentrum terbang ke Eropa yaitu di Italia. Lima negara Eropa yaitu Italia, Spanyol, Inggris, Prancis dan Jerman saling berlomba menuju puncak pandemi.
Belakangan hadir pula Rusia sehingga sekarang Rusia di puncak pandemi Covid-19 Eropa disusul Spanyol. Presiden Rusia, Vladimir Putin, sesumbar di awal pandemi bahwa negaranya bisa menghadang penyebaran virus corona di negaranya. Tapi, kini Rusia ada di peringkat ke-dunia dalam jumlah kasus Covid-19.
Selanjutnya pandemi menyeberang ke Benua Amerika, dalam hal ini di Amerika Utara. AS jadi episentrum Covid-19 di Amerika Utara dengan kasus dekati angka dua juta yaitu 1.789.272 dengan 104.410 kematian dan 518.173 sembuh. Presiden AS, Donald Trump, pernah sesumbar bahwa virus corona tidak akan bisa masuk ke Negara Paman Sam itu. Bahkan, ketika kasus sudah hampir 2 juta dan kematian lebih dari 100.000 Presiden Trump masih bermain ‘politik’ dengan pidato yang menyerang China dan WHO.
Di Asia episentrum Covid-19 terjadi di India dan Iran. Negara-negara lain di Asia juga menunjukkan pertambahan kasus yang besar. Indonesia sendiri dengan 25.216 kasus ada di peringkat ke- 32 dunia. Yang banyak disorot adalah Singapura yang kini ada di peringkat ke-26 dunia dengan kasus 33.860. Padahal, di awal pandemi Negeri Singa ini diyakini akan bisa tanggulangi penyebaran corona. Singapura juga merupakan negara tersehat sejagat dengan beberapa indikator.
Di Amerika Latin terjadi juga episentrum baru Covid-19 yaitu di Brasil dengan 465.166 kasus 27.878 kematian dan 193.181 sembuh. Di dunia Brasil ada di peringkat ke-2. Dua negara lain Peru dan Chili juga melaporkan banyak kasus. Padahal, Presiden Brasil, Jaro Bolsonaro, sesumbar bahwa virus corona tidak lebih buruk daripada virus flu. Lockdown pun dibuka. Menteri kesehatan dipecat. Tapi fakta berbicara lain karena Negeri Samba itu ternyata tidak bisa menghadapi pandemi corona.
Pandemi corona terus berkecamuk di jagat raya, tapi Indonesia memilih membuka pintu perekonomian dengan pijakan kasus yang ‘landai’. Padahal, pertambahan kasus sedikit karena jumlah warga yang tes Covid-19 tiap hari juga sedikit antara 2.000-an sampai 8.000-an. Proporsi tes per 1 juta populasi di Indonesia juga sangat rendah yaitu 700-an. []