Bangkok – Untuk kedua kalinya dalam empat hari terakhir polisi dan demonstran di Bangkok, Thailand, bentrok dengan polisi ketika kemarahan warga memuncak terhadap cara pemerintah mengatasi lonjakan pandemi virus corona (Covid-19) dan langkah untuk melakukan reformasi yang kurang.
Laporan situs independen, worldometers, menunjukkan sampai tanggal 9 Agustus 2021, jumlah kasus Covid-19 di Thailand mencapai 756.505 dengan 6.204 kematian. Kasus harian terbanyak dilaporkan tanggal 7 Agustus 2021 yaitu sebanyak 21.838.
Polisi bergerak maju ke arah demonstran setelah menembakkan gas air mata dan peluru karet, didukung truk-truk yang menyemprotkan meriam air. Para pengunjukrasa melemparkan batu dan petasan, serta membakar pos polisi lalu lintas yang menyebabkan kebakaran. Bentrokan berlanjut hingga malam hari. Kemacetan parah kembali terjadi di Din Daeng, lokasi yang sama seperti demonstrasi Sabtu, 7 Agustus 2021, lalu.
Pariwisata Thailand tidak berdaya (Foto: dw.com/id)
Demonstrasi hari Selasa, 10 Agustus 2021, berawal dari apa yang disebut sebagai “gerombolan mobil,” ketika para demonstran mengemudi mobil di beberapa daerah untuk menghindari pembatasan pertemuan publik dan meminimalisir potensi perebakan Covid-19. Sebagian dari mereka memisahkan diri dan mengkonfrontasi polisi.
Para demonstran menyalahkan pemerintah karena dianggap ceroboh dalam kebijakan vaksin yang telah membuat Thailand berjuang keras menekan lonjakan kasus baru, sebagian karena lambatnya vaksinasi warga.

Demonstrasi ini juga merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk dilakukannya perubahan politik, termasuk pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, konstitusi baru, dan yang paling kontroversial dari semuanya adalah: reformasi mendasar dari monarki yang kuat tetapi tidak jelas.
Demonstrasi hari Selasa, 10 Agustus 2021, berlangsung pada peringatan demonstrasi di sebuah kampus universitas tahun lalu yang menyerukan 10 point reformasi kerajaan (em/jm)/voaindonesia.com. []