"Program-program Jokowi banyak yang bagus. Komunikasinya yang buruk!" Begitu protes saya waktu diundang di acara MetroTV. Sejak lama itu jadi masalah memang, banyak program Jokowi yang tidak mampu dikomunikasikan dengan baik oleh orang-orangnya, sehingga muncul orang-orang yang mencoba menjelaskannya pada awam.
Dan karena terlalu sering menjelaskan, akhirnya tuduhanpun datang, mulai kata "penjilat" sampe "buzzeRp" kenyang kami makan.
Bukan hanya komunikasinya, bahkan komunikatornya juga bikin orang enggak betah. Enggak tahu kenapa, hanya untuk mencari jubir yang good looking, smart, dan komunikatif saja susahnya minta ampun.
Harusnya dari awal. Bukan Menkes yang ngomong di depan kamera, atau Pak Yuri, harusnya seperti Dokter Reisa ini yang ada di garis depan.

Lebih jago SBY dulu memunculkan Andi Mallarangeng, yang bahkan Bunda Dorce saja tergila-gila kepadanya. Atau KPK dengan Febri Diansyah yang sangat cool. Yang muncul malah bang Fadjroel Rachman yang lebih sering tiktokan. Ambyarr.
Dan ketika Gugus Tugas akhirnya menugaskan Dokter Reisa Broto Asmoro, sebagai jubir baru untuk masalah covid, ya telat sih. Harusnya dari awal. Bukan Menkes yang ngomong di depan kamera, atau Pak Yuri, harusnya seperti Dokter Reisa ini yang ada di garis depan.
Kan betah lihatnya.
Tuh, kan jadi lupa seruput kopi saking beningnya.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga:
- Profil dr Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Covid-19
- Reisa Broto Asmoro Tidak Gusur Jubir Covid-19 Yuri