Denny Siregar: Lelaki di Tengah Badai

Ketenangannya dalam menghadapi badai sungguh luar biasa. Keputusannya tepat, rakyat kecil yang terdampak yang dipentingkannya. Denny Siregar.
Presiden Jokowi. (Foto: Facebook/Presiden Joko Widodo)

"Pak, kita harus lockdown, Pak. Masyarakat sudah resah," begitu kata orang di sekitar Jokowi. Istana tegang. Jokowi dihimpit di tengah-tengah. Suara-suara keras di luar meneriakkan supaya Indonesia menerapkan konsep lockdown seperti di negara-negara maju

Ini situasi yang kesekian kali Jokowi dihimpit oleh kekuatan besar. Dulu ada gerakan massa, yang kalau tidak dicarikan jalan keluar, negeri ini akan meledak. Tapi Jokowi berhasil melaluinya dengan cerdas.

Bukan virus yang dikhawatirkan Jokowi, tetapi rakyat kecil. Bagaimana mereka makan nanti?

Kalau mereka lapar, kerusakan apa yang akan terjadi nanti? Dia pernah susah, dia tahu bagaimana rasanya. Negeri ini bisa hancur jika jutaan orang lapar gelap mata. Sangat mudah ditunggangi.

"Pakai UU Karantina, Pak," desak seorang pejabat lagi yang ngotot banget pengen lockdown. Sementara di luar sana, beberapa daerah sudah bermain politik, melakukan karantina di masing-masing wilayah dan tidak mau berkoordinasi dengan pusat.

Apa yang akan kamu lakukan pada situasi terjepit itu? Ibarat makan buah simalakama, semua keputusan sama buruknya.

Ketenanganya dalam menghadapi badai, sungguh luar biasa.

Jokowi
Presiden Jokowi. (Foto: Facebook/Presiden Joko Widodo)

Belum cukup, ibunda tercinta meninggal. Hatinya hancur, tapi dia harus tetap berpikir jernih dalam situasi genting ini.

Beberapa hari Jokowi diam. Dia tidak banyak bicara, memikirkan segala sisi, segala kemungkinan, supaya bisa mendapat keputusan yang tepat. Desakan orang-orang di sampingnya tidak dihiraukan.

Akhirnya, keputusannya keluar.

"Tidak. Tidak ada lockdown ataupun karantina wilayah. Keputusan itu akan membuat orang panik, seperti di India. Mereka akan keluar kota dan pulang ke desa. Di kota mereka mau kerja apa? Beban biaya di depan mata, pendapatan tidak ada.

Tidak ada lockdown," katanya tegas.

"Lagian kalau lockdown atau karantina wilayah, negara akan menanggung dana sangat besar. Ekonomi kita bisa runtuh. Itu tidak memecahkan masalah. Yang miskin tambah miskin, yang kelas menengah akan jatuh miskin."

Dan kita bisa melihat, bagaimana penerapan keputusan Jokowi. Rakyat kecil yang terdampak yang dipentingkannya. Bagaimana model pembatasan sosial - bukan lockdown atau karantina wilayah - yang diutamakan.

Lebih dari 400 triliun rupiah dia keluarkan untuk itu. Uang ini untuk membantu ekonomi tetap bergerak dengan relaksasi kredit bagi ojek online, menjaga usaha kecil sampai menggratiskan listrik bagi rakyat miskin.

Seandainya dia pakai UU Karantina, maka yang terjadi adalah ketidakadilan, karena semua warga - tidak peduli kelas sosialnya - akan dapat dana. Itu sama rata, bukan keadilan sesuai proporsinya. Dengan dana yang ada, dia fokus membantu rakyat kecil.

Lagi-lagi Jokowi memainkan caturnya dengan cantik sekali. Dia mampu berkelit dari tekanan dan keluar sebagai pemenang. Ketenanganya dalam menghadapi badai, sungguh luar biasa.

Percayalah. Saya tidak menyesal memilih dia sebagai pemimpin bangsa ini.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Jokowi Tetapkan Status Kedaruratan Kesehatan Covid-19
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan status kedaruratan kesehatan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Jokowi Beri Kelonggaran Cicilan Kredit Pekerja Harian 1 Tahun
Jokowi meminta pekerja harian seperti sopir ojek, sopir taksi, nelayan dan UMKM tidak perlu khawatir. Ada kelonggaran bayar kredit setahun.
Relawan Jokowi Luncurkan Program Kampung Siaga Covid-19
Komite Penggerak Nawacita (KPN), gabungan beberapa organ relawan Jokowi, meluncurkan program Kampung Siaga Covid-19.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.