Dionisius Prasetyo. Itu nama asli Didi Kempot. Penyanyi campursari yang ngetop dengan lagu-lagu patah hati sehingga dia dijuluki The Godfather of Brokenheart. Dia adalah seorang Lord bagi banyak orang.
Penggemarnya pun menjuluki diri mereka sobat ambyar. Ambyar bisa berhati berkeping-keping. Sesuai dengan lirik-lirik lagu Didi yang bisa membuat hati pecah berkeping.
Bukan. Saya bukan ingin menulis tentang perjalanan ngamennya yang mulai dari bawah sekali. Saya juga bukan ingin menulis tentang bagaimana lagunya bisa membuat banyak orang patah hati.
Saya hanya ingin menulis, betapa indahnya kematian sesudah dia memberikan sesuatu kepada banyak orang.

Saya hanya ingin menulis, betapa indahnya kematian sesudah dia memberikan sesuatu kepada banyak orang.
Kurang dari sebulan lalu, Didi Kempot menggalang dana bersama Kompas TV untuk korban wabah corona. Kamu tahu berapa yang terkumpul dalam waktu beberapa jam saja?
Begitu disampaikan Rosiana Silalahi.
Dan tidak lama sesudah Didi memberikan hadiah bagi banyak orang, dia pun pergi meninggalkan kita. Seolah dia paham, bahwa dia tidak ingin pergi tanpa meninggalkan kebaikan, karena kebaikan itulah sesungguhnya bekal yang diperlukan.
Bukan rumah yang besar. Bukan mobil mewah. Bukan isi ATM bermiliar-miliar seperti yang sering dipamerkan artis-artis dadakan dengan bakat recehan.
Kehilangan Didi Kempot sama seperti kehilangan Glen Fredly. Dukanya mengiris dalam. Karena kita semua tahu, mereka bukan sekadar artis, sekadar musisi. Mereka adalah pejuang dengan apa yang mereka lakukan.
Ambyar rasanya hati ini mendengar kepergiannya yang begitu cepat.
Mungkin itu rahasia Tuhan. Seharusnya Lord Didi sudah dipanggil sejak lama. Tapi dia diberi kesempatan untuk berbuat kebaikan besar, sebelum menghadap.
Dan doa-doa orang yang dibantunya, akan menjadi sayap yang mengantarnya pulang. Ke rumah asalnya.
Selamat jalan, Mas Didi. Salam buat Glen saat kalian bertemu nanti.
*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Baca juga: