Aceh Barat Daya – Kepala Desa Geulanggang Batee, Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, memanfaatkan lahan kosong di desa tersebut menjadi taman ramah anak. Kerangka awal, sebanyak Rp. 149.204.000 anggaran Dana Desa (DD) telah digunakan sebagai pembangunan fisik dan biaya lainnya.
Kepala Desa Geulanggang Batee, Ismail, kepada Tagar mengaku ide awal dirinya berambisi memanfaatkan lahan kosong di desa itu menjadi taman ramah anak karena tidak ingin generasi penerus di desanya kembali menjadi korban yang disebabkan oleh tempat bermain tidak aman bagi anak-anak.
“Ini kerangka awal, baru beberapa persen yang memenuhi kategori taman ramah anak. Saya mendapat ide ini setelah kejadian meninggalnya seorang bocah desa kita karena hanyut di sungai beberapa bulan lalu,” kata Ismail, Rabu 13 November 2019.
Dengan adanya taman ini, kata dia, maka setiap anak-anak dapat bermain dalam pantauan sambil menimba ilmu dasar tentang pelajaran, seperti perkenalan huruf, angka dan huruf hijaiyah.
Kata Ismail, mahasiswa desa setempat, nantinya akan direkrut menjadi guru relawan pengajar. Setelah itu mereka akan membimbing anak-anak sesuai dengan potensi masing-masing.
“Anak-anak bermain dalam pantauan para guru. Tidak lagi kelayapan di tempat-tempat yang tidak layak. Mereka akan dibina dan diarahkan sesuai potensinya,” ujar Ismail.
Seorang pekerja sedang menyiapkan fasilitas taman layak anak di Aceh Barat Daya. Di Desa Geulanggang Batee, Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh lahan kosong dibangun sebuah taman untuk bermain anak. (Foto: Tagar/Syamsurizal)
Manfaat lain, kata Ismail, keberadaan smartphone yang semakin menarik perhatian anak-anak hingga sanggup menghabiskan waktu berjam-jam tentu sudah sangat meresahkan orang tua.
Menurutnya, melalui taman bermain dan belajar ini dipastikan kesukaan anak-anak pada smartphone dapat diatasi. Sebab, taman yang dibuat sangat menarik dengan berbagai fasilitas pendukung untuk bermain.
“Taman ini kita hias dengan berbagai fasilitas pendukung. Tentu yang identik dengan anak-anak. Mulai dari warna, wahana bermain, seperti kolam, ayunan dan beragam fasilitas lain yang dapat menarik perhatian anak-anak. Ini kami yakini dapat mengurangi kebiasaan anak-anak keluyuran dan kesukaannya kepada smartphone,” ujarnya.
Dia menjelaskan, taman ramah anak di desanya itu sudah memiliki tiga ruang belajar dan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti buku belajar, mainan anak-anak dan berbagai keperluan pendukung proses belajar mengajar lainnya.
Kami menyakini dapat mengurangi kebiasaan anak-anak keluyuran dan kesukaannya kepada main smartphone.
Di pekarangan, katanya, sudah disiapkan taman bunga, kolam ikan dan riyadh air mancur berukir yang terbuat dari beton. Selain itu, sepanjang jalan dari pintu gerbang sudah terpasang hiasan ratusan topi rotan yang sudah diwarnai sedemikian rupa untuk memperindah lokasi.
“Kita meracik seindah mungkin. Tujuannya agar anak-anak lebih tertarik bermain di taman ini daripada keluyuran ke tempat-tempat yang tidak aman,” katanya.
Menurutnya, ada banyak manfaat yang didapat oleh orang tua ketika taman bermain ini selesai dibangun seratus persen. Selain menghindari kemungkinan kemalangan karena bermain di tempat yang tidak aman, juga dapat terhindar dari hal-hal tak diinginkan seperti pelecehan seksual.
“Tentu banyak kemungkinan yang akan terjadi jika anak-anak bermain di tempat yang tidak aman. Dengan adanya taman yang akses masuk bagi pria dewasa sangat dibatasi, kemungkinan pelecehan seksual atau hal-hal lain dapat dihindari,” tutur Ismail.
Ismail menambahkan, tahun anggaran 2020 pihaknya sudah mengusulkan anggaran untuk pembangunan hingga seratus persen. Dukungan pemerintah daerah sangat diharapkan untuk kelancaran semua persiapan yang saat ini sedang dirampungkan.

Menurutnya, saat ini sejumlah kebutuhan masih sangat minim, sehingga perlu dukungan dari pemerintah setempat.
“Di anggaran tahun 2020 kita sudah menganggarkan kembali untuk kesiapan 100 persen. Kita juga sangat berharap dukungan hibah berbagai alat pendukung untuk kesiapan taman kita ini dari pemerintah daerah,” ujarnya.
Ia mengatakan, agar taman ini ke depan lebih aktif, dirinya telah menyusun program mingguan, di mana anak-anak akan diajarkan oleh tim-tim dari berbagai lembaga seperti MPD, KNPI, Dinas Syariat Islam, Dinas Perlindungan Anak, Polisi, TNI dan LSM pada umumnya.
“Kita sudah merancang program mingguan, pihak terkait kita undang untuk berbagi ilmu kepada anak-anak,” katanya.
Julisna, Kasi Pemenuhan Hak Anak, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Pemberdayaan Perempuan (DPMP4) setempat mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan tinjauan rutin agar penyelesaian taman ini sesuai harapan.
Menurut dia, dari hasil tinjauan ada beberapa kategori yang sudah memenuhi terwujudnya taman ramah anak. Hal itu memang sudah tertuang dalam aturan, sehingga kepala desa tinggal mengikuti sesuai dengan aturan yang ada.
“Untuk fisik dasar, kami melihat sudah 50 persen memenuhi kategori,” ucap Julisna.
Meski masih dalam proses pengerjaan, Julisna mengaku taman ramah anak di desa tersebut menjadi perconotohan bagi daerah lain.
Menurut Julisna, sudah seharusnya setiap pemerintahan gampong memanfaatkan sebagian dana desa untuk membuat taman layak anak. Hal itu penting agar mereka tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak moral.
“Ini pilot project. Kita menganjurkan desa untuk membuat seperti ini, sebab sangat banyak manfaatnya,” katanya. []
Baca juga:
- Nilawati Kajari Perempuan di Aceh Barat Daya
- Nikmatnya Mi Kocok Legendaris di Aceh Barat Daya
- Dina Afridha, Gadis Cantik Anggota DPRK Aceh Barat Daya