Jakarta - Pegiat media sosial Denny Siregar seorang muslim, tapi ia dengan santai mau memakai topi Sinterklas maskot Natal, perayaan besar agama Kristen. Denny mengunggah foto dirinya memakai topi merah putih tersebut di laman Facebook, Selasa, 17 Desember 2019.
Dalam foto, Denny Siregar duduk di antara dosen Universitas Indonesia Ade Armando dan pegiat media sosial Eko Kuntadhi. Ketiganya kompak memakai topi Sinterklas. Denny memang dikenal tidak alergi dengan simbol-simbol artifisial. Ia muslim moderat. Baginya yang terpenting adalah nilai-nilai yang tertanam di sanubari. Meletakkan penghormatan kepada kemanusiaan di tempat tertinggi.
Hal tersebut juga tergambar dalam catatannya berjudul Namanya Sunandi, diunggah di laman Facebook dalam momen menyambut sukacita Natal, Selasa, 24 Desember 2019.
"Dia teman waktu berjuang bersama-sama memenangkan Jokowi. Seorang driver ojek online yang konsisten beraspal ria karena hobi katanya. Seorang muslim moderat. Penyayang binatang juga, meski takut sama kadal.
Malam ini Sunandi menjadi Sinterklas di rumah kawannya. Perawakannya yang gemuk aer membuat temannya yang merayakan Natal memintanya untuk menjadi Sinterklas. "Keluarga gua kurus-kurus, gada yang cocok," mungkin gitu kata temannya.
Sunandi pun mengalah. Ia rela didandani dan dikeroyok anak-anak yang ribut minta hadiah. Dasarnya dia penyayang, "Kalau hadiahnya habis, kolor gua rela gua gadaikan untuk ditukar hadiah," katanya.
Kepedean, seakan kolornya laku dijual. Bahkan kalau kolornya dilempar ke atas genteng supaya hujan, hujan pun malas datang.
Menarik melihat hubungan beragama di Indonesia ini pelan-pelan dijalin kembali oleh mereka-mereka yang merindukan persaudaraan seperti dulu lagi, sesudah dikoyak oleh aksi intoleransi di sudut-sudut negeri.
Masa depan negeri kita tergantung kita yang menjalani. Tanpa orang-orang seperti Sunandi dan banyak lagi yang mencintai tanah air ini, tentu hubungan persaudaraan kita tidak akan seperti ini.
Jangan pernah ada rasa curiga di antara kita umat beragama. Kita hidup dengan cinta, karena kebencian sesungguhnya adalah hati yang telah mati."
Masa depan negeri kita tergantung kita yang menjalani.
Sunandi dalam kostum Sinterklas. (Foto: Facebook/Denny Siregar)
Berkenalan dengan Sinterklas
Sinterklas mempunyai banyak nama di antaranya Santa Klaus, Santo Nikolas, Santo Nick, Bapak Natal, Kris Kringle, Santy, Sinyokolas atau Santa. Ia adalah maskot atau figur tokoh dalam berbagai budaya, seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada hari Natal. Maka dalam keseharian, saat menemukan seorang yang dermawan, seorang yang lain bisa berkomentar, "Hatinya seperti Sinterklas."
Riwayat menyebutkan banyak versi. Di antaranya Sinterklas adalah tokoh dalam cerita rakyat Eropa yang berasal dari tokoh Nikolas dari Myra. Orang Yunani kelahiran Asia Minor pada abad ketiga masehi di kota Patara atau Lycia et Pamphylia, kota pelabuhan di Laut Mediterania. Ia tinggal di Myra, Lycia, sekarang bagian dari Demre, Turki. Anak tunggal dari keluarga Kristen kaya raya bernama Epiphanius dan Johanna, atau Theophanes dan Nonna menurut versi lain. Nikolas merupakan seorang uskup yang memberikan hadiah kepada orang-orang miskin.
Figur Sinterklas kemudian menjadi sosok penting dalam tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang, dan bagian lain di Asia Timur. Hingga ditetapkan Hari Sinterklas dirayakan di seluruh dunia setiap 6 Desember. []
Baca cerita: