Jakarta - Reynhard Sinaga divonis Pengadilan Inggris terlibat dalam 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban pria. Dia diduga mengidap penyimpangan seksual bernama Necrophilia. Lantas apa itu Necrophilia?
Necrophilia merupakan kelainan seksual dalam kategori parafilia. Mereka yang mengidap, mudah terangsang dan tertarik berhubungan intim dengan mayat.
Dalam kasus tertentu, orang Necrophilia terdorong ingin bercinta dengan mayat lantaran baunya yang berbeda. Belum lama ini, hal itu diunggah pengguna Twitter asal Malaysia bernama Fiq.
Fiq memperlihatkan percakapan dirinya di Tinder dengan temannya yang diduga mengidap Necrophilia. Temannya tersebut terangsang ketika mencium bau mayat, terlebih yang baru saja meninggal.
Peneliti Rosman dan Resnick dalam risetnya pada 1989 mengungkapkan pengidap Necrophilia memiliki beberapa alasan memilih mayat untuk berhubungan intim. Adapun alasannya dari yang terkecil yaitu: mencari kepercayaan diri sebesar 12 %, pelampiasan rasa dikucilkan 15 %, ketertarikan dengan mayat 15 %, reuni dengan pasangan romantis 21 %, dan lantaran lawan seks tidak melawan atau menolak 68 %.
Riset tersebut juga menyertakan anggapan psikolog terkait motivasi umum dari orang necrophilia untuk mendapatkan pasangan berhubungan intim yang tidak akan melawan, sehingga pengidapnya tidak mendapat penolakan saat bercinta.
Hal ini disebabkan gejala kecemasan sosial atau riwayat kesulitan menjalin hubungan sosial atau komunikasi antarpribadi.
Beberapa ahli juga percaya bahwa necrophilia berakar dari trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual, sehingga mereka tidak bisa mencapai kepuasan seksual dengan pasangan bernyawa.
Selain itu, bisa juga disebabkan ketakutan akan ditolak pasangan atau minder karena paras yang tidak menarik serta ukuran alat kelamin yang mini membuat mereka tidak percaya diri untuk berhubungan secara normal.
Namun, penderita kelainan seksual ini bisa dihindari melalui perawatan psikopatologi dengan terapi kognitif.

Dalam catatan Luan Pao-chun di buku The Corpse-Raping Emperor yang dipublikasikan penerbit Hai Feng, kisah orang necrophilia juga digambarkan pada keramik dari budaya Moche, China yang memerintah di Peru utara dari abad pertama hingga ke-8 Masehi.
Hal itu diukir dalam artefak masturbasi pria oleh wanita yang hidup. Ornamen itu memberikan pengertian bahwa secara eksplisit mengizinkan hubungan seks dengan orang mati.
Ada juga pengidap Necrophilia di Amerika Serikat (AS) terdahulu, yaitu pembunuh berantai Jeffrey Dahmer. Dalam catatan Hough & McCorkle tahun 2016, Dahmer ingin menciptakan seorang budak seks yang tanpa berpikir panjang akan menyetujui apa pun yang dia inginkan.
Ketika upayanya itu gagal, dan korban prianya meninggal, dia menjaga mayat itu sampai membusuk tanpa bisa dikenali, dan terus menerus melakukan hubungan intim dengan mayat tersebut.
Reynhard Sinaga dan Necrophilia
Psikolog seksual Zoya Amirin mengatakan Reynhard Sinaga memiliki kecenderungan orang yang mengidap Necrophilia. Zoya membaca dari nyamannya Reynhald melakukan hubungan intim dengan orang bak 'mayat', tak sadar, dan tak memberikan efek balik.
Zoya menjelaskan, umumnya pasangan seksual necrophilia adalah mayat. Namun, penyimpangan seksual ini berkembang kepada orang yang sedang koma karena sakit atau tidak sadarkan diri.
Reynhard, kata Zoya, mengembangkan gejala yang siginifikan terindikasi necrophilia lantaran terbukti berhubungan intim dengan pria tak sadar dari kurun waktu 1 Januari 2015 sampai 2 Juni 2017.
"Karena harusnya orang normal gak mau berhubungan seks sama orang yang diam aja, gak ada reaksi balik. Orang pasti maunya ada reaksi balik. Nah, dia gak normal," kata Zoya kepada Tagar, Selasa, 7 Januari 2020.