Manila – Seorang pria Filipina yang ketahuan melanggar aturan karantina meninggal dunia setelah dipaksa melakukan squat (jongkok berdiri dengan kedua tangah di belakang kepala) 300 kali oleh polisi sebagai hukuman, seperti diungkapkan oleh keluarganya. Dia pingsan keesokan harinya dan kemudian meninggal.
Darren Manaog Penaredondo, 28 tahun, diduga diberhentikan oleh petugas saat dalam perjalanan untuk membeli air setelah pukul 18.00 waktu setempat di Provinsi Cavite pada hari Kamis, 1 April 2021. Provinsi Cavite, di pulau Luzon, sedang dalam karantina ketat untuk mengatasi penyebaran Covid-19.
Marlo Solero, Kepala Kepolisian General Trias City, mengatakan tidak ada hukuman fisik bagi mereka yang melanggar aturan jam malam, hanya teguran dari petugas. Dia berkata kepada media lokal bahwa jika ada petugas yang diketahui memberikan hukuman itu, mereka tidak akan ditoleransi.
Dua gadis ini berkumpul dengan anjing mereka di atap rumah mereka ketika pemerintah Filipina memberlakukan karantina rumah untuk menahan pandemi virus corona (Covid-19) di Metro Manila, Filipina, April 2020 (Foto: bangkokpost.com/Reuters)
Seorang kerabat korban, Adrian Lucena, mengumumkan kematian Penaredondo di Facebook. Dia mengatakan Penaredondo dan beberapa orang lainnya yang ketahuan melanggar jam malam disuruh melakukan latihan squat 100 kali secara serentak bersama-sama.
Jika mereka gagal melakukannya pada saat yang sama, mereka harus mengulang set tersebut, katanya. Kelompok itu akhirnya melakukan squat 300 kali.
Penaredondo pulang pukul 06.00 pada Jumat, 2 April 2021, pagi dalam keadaan sakit, seperti dikatakan saudaranya. Pasangan serumahnya mengatakan kepada media lokal Rappler bahwa pria itu kesulitan bergerak sepanjang hari.
"Sepanjang hari itu, dia susah berjalan, hanya bisa merangkak. Tetapi saya tidak menganggapnya serius karena dia bilang hanya nyeri biasa," kata Reichelyn Balce.
Seorang vendor memakai masker di tengah pandemi Covid-19, melewati pasar bunga di Manila, Filipina, 12 Maret 2021. (REUTERS Eloisa Lopez)
Keesokan harinya dia pingsan dan berhenti bernapas. Balce meminta tetangga untuk membantu membangunkannya, tetapi dia dilaporkan meninggal tak lama kemudian.
Ony Ferrer, Walikota General Trias City, mengatakan dia telah memerintahkan kepala polisi untuk melakukan penyelidikan menyeluruh. Dia menyebut dugaan hukuman itu sebagai "penyiksaan". Ferrer menambahkan bahwa dia telah mengontak keluarga Penaredondo.
Awal bulan April 2021 Human Rights Watch (HRW) memperingatkan tentang penganiayaan terhadap pelanggar aturan di Filipina. Kelompok hak asasi itu mencontohkan dalam satu kasus, polisi dan pejabat setempat mengurung orang-orang di kandang anjing sementara yang lainnya dipaksa untuk berjemur di bawah sinar matahari terik pada tengah hari.
Dalam pidatonya di televisi pada hari Kamis, Presiden Rodrigo Duterte memperingatkan warga untuk tidak menentang aturan lockdown, dengan mengatakan: "Saya tidak akan ragu. Perintah saya kepada polisi dan militer, serta pejabat desa, jika ada masalah, atau saat terjadi kekerasan dan nyawa Anda dalam bahaya, tembak mati mereka." (bbc.com/indonesia). []