Jakarta - Sejak China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional di Hong Kong, keinginan untuk pindah ke Inggris menjadi obrolan hangat warga. Pemerintah negaranya Ratu Elizabeth ini memberikan kemudahan paspor bagi warga Hong Kong yang ingin hengkang ke Inggris. Apakah jutaan warga akan meninggalkan tanah kelahirannya?
Michael dan Serena memutuskan untuk meninggalkan Hong Kong untuk selamanya dan menetap di Inggris, sebuah negara yang belum pernah mereka kunjungi. Pasangan itu memiliki Paspor Luar Negeri Nasional Inggris atau BNO, yang dikeluarkan untuk penduduk Hong Kong yang terdaftar sebelum kota itu dikembalikan ke China pada Juli 1997.
Sekitar 350.000 pemegang paspor Inggris, dan 2,6 juta lainnya yang sudah memenuhi syarat, akan bisa menetap di Inggris selama lima tahun. Setahun berikutnya mereka bisa mengajukan permohonan kewarganegaraan.
Baca Juga: Australia Tangguhkan Perjanjian Ekstradisi Hong Kong
Pemegang Paspor Luar Negeri Nasional Inggris (BNO) di Hong Kong diberikan status khusus pada era 1980-an. Sebelum Tiongkok memberlakukan UU Keamanan Nasional di Hong Kong pada Rabu, 1 Juli 2020, mereka punya hak terbatas dan bisa datang ke Inggris dengan bebas visa hanya selama enam bulan.
Putrinya sangat marah dan kesal. Dia terus bertanya mengapa pihak berwenang bisa memperlakukan kita seperti itu.
Namun melalui rencana terbaru pemerintah Inggris, semua pemegang paspor BNO dan keluarganya akan diberi hak menetap di Inggris, termasuk untuk bekerja dan menempuh studi, selama lima tahun. Selanjutnya mereka bisa mengajukan permohonan untuk menjadi penduduk tetap dan setahun berikutnya menempuh jalur untuk menjadi warga negara Inggris.
Paspor BNO dikeluarkan untuk warga Hong Kong yang mendaftar sebelum bekas jajahan Inggris itu dikembalikan ke China. (Foto: Getty Images|BBC News).
Pemerintah Inggris beralasan memberikan status kewarganegaraan kepada warga Hong Kong karena Tiongkok dinilai telah melanggar deklarasi bersama dengan memberlakukan UU Keamanan Nasional. UU ini melanggar otonomi tingkat tinggi kota dan melanggar kebebasan sipil.
Michael dan Serena merupakan pasangan dengan tingkat kehidupan ekonomi menengah. Mereka yang memiliki anak perempuan berusia 13 tahun berprofesi sebagai manajer menengah di sebuah bank. Mereka membeli flat beberapa tahun lalu. Meskipun dari sisi finansial mampu, pasangan ini sudah tak tahan lagi dan menyerah hidup di Hong Kong.
Saya pikir Inggris hanya akan menawarkan kewarganegaraan kepada pemegang paspor BNO sebagai upaya terakhir. Saya tidak berpikir itu akan terjadi begitu cepat, tiba-tiba perubahan besar terjadi.
Mereka merasa pemerintah Hong Kong sudah tidak lagi melindungi warganya. Bahkan dinilai bersikap kejam. Mereka merujuk pada penanganan aksi demontrasi para pro demokrasi yang dipicu oleh RUU Ekstradisi. Menurut mereka, pemerintah telah mengekang kebebasa warganya untuk mengemukakan pendapat.
Putri mereka sangat mendukung aksi unjuk rasa, meskipun keluarga ini tidak ikut ke jalan karena bekerja di bank China. Pasangan ini takut dipecat bila ikut-ikutan demo seperti yang menimpa seorang karyawan.
"Dia sangat marah dan kesal. Dia terus bertanya mengapa pihak berwenang bisa memperlakukan kita seperti itu?" Kata Serena. Ia menambahkan putri mereka ingin belajar di luar negeri.
Michael dan Serena mengkritik UU Keamanan Nasional. "Pasal-pasal UU Kamanan Nasional sangat keterlaluan," kata Michael. Serena dia tidak percaya dengan klaim pemerintah China yang hanya akan menargetkan "sejumlah kecil orang".
Semula Michael dan Serena berencana hanya mengirim putri mereka untuk belajar di luar negeri. Namun tekad mereka sudah bulat untuk pindah ke Inggris. November lalu, mereka memperbarui paspor BNO yang sudah kadaluwarsa. Waktu itu mereka berpikir bahwa itu bisa berguna sebagai pelindung terhadap masa depan yang tidak pasti.
"Saya pikir Inggris hanya akan menawarkan kewarganegaraan kepada pemegang paspor BNO sebagai upaya terakhir. Saya tidak berpikir itu akan terjadi begitu cepat, tiba-tiba perubahan besar terjadi," kata Michael.
350.000 Paspor BNO
Saat ini, ada sekitar 350.000 pemegang paspor BNO di Hong Kong. Sementara pemerintah Inggris memperkirakan ada sekitar 2,9 juta kebutuhan paspor.
Penduduk Hong Kong yang lahir setelah penyerahan dari Inggris ke Tiongkok tahun 1997 tidak memenuhi syarat untuk memegang paspor BNO. Sementara mereka yang tidak mendaftar sebelum penyerahan tidak diizinkan melakukannya sekarang.
Helen lahir pada tahun 1997 sebelum serah terima, tetapi orang tuanya tidak mengajukan paspor BNO untuknya karena dia masih bayi. "Saya tidak yakin apakah saya ingin pergi. Tetapi ini adalah hak saya. Dibandingkan dengan Inggris, saya lebih menyukai Hong Kong. Tetapi saya seharusnya memiliki paspor BNO," katanya. Ia mengakui menyalahkan orang tuanya karena tidak membuatkan paspor untuknya.

Sulit untuk mengukur jumlah penduduk Hong Kong yang akan menerima tawaran Inggris saat ini. Namun jumlah peminat meningkat, terutama setelah pengumuman Inggris pada 1 Juli.
Pada saat itu, Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan kepada House of Commons, "Kami tidak akan memandang sebaliknya di Hong Kong, dan kami tidak akan mengabaikan tanggung jawab bersejarah kami kepada rakyatnya. "
Ben Yu, yang bekerja untuk konsultasi imigrasi di Inggris, menyebutkan bahwa rekannya di Hong Kong menerima 30 hingga 40 pesan di Facebook setiap hari. WhatsApp-nya telah menerima ratusan pesan yang menanyakan tentang pindah ke Inggris dengan semua rute, termasuk BNO dan visa lainnya. Pesan datang sejak 24 Juli beberapa tahun lalu tanpa henti sejak saat itu.
Baca Juga: China Minta Inggris Jangan Usil Soal Hong Kong
Jumlah yang mengajukan pembaruan paspor BNO tampaknya didorong oleh pergolakan politik di Hong Kong. Pada tahun 2018, sekitar 170.000 paspor BNO beredar. Tahun berikutnya, jumlahnya melonjak hingga lebih dari 310.000. []