Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membenarkan pemimpin Al-Qaeda Yaman di Semenanjung Arab (AQAP) tewas terbunuh. Qasim al-Raymi yang telah memimpin kelompok jihadis sejak 2015 tewas dalam operasi militer AS diYaman, kata Gedung Putih.
Seperti diberitakan dari BBC News, Jumat, 7 Februari 2020, Qasim al-Raymi dianggap bertanggungjawab atas serangkaian serangan terhadap kepentingan barat di tahun 2000-an. Ia mengambilalih tampuk kepemimpinan dari pendahulunya yang juga terbunuh oleh serangan AS dari pesawat tak berawak.
AQAP dibentuk pada tahun 2009 dari dua cabang regional Al-Qaeda di Yaman dan Arab Saudi. Pembentukan AQAP bertujuan menggulingkan pemerintah yang didukung AS dan menghapus semua pengaruh barat di wilayah tersebut.
Rumor kematian Raymi mulai beredar pada akhir Januari. Sebagai tanggapan, AQAP merilis pesan audio dengan suara Raymi pada 2 Februai. Saat itu Raymi menyebutkan bahwa AQAP berada di belakang penembakan di pangkalan angkatan laut AS di Pensacola, Florida. Penembakan itu terjadi pada Desember dan pesan mungkin sudah direkam sebelumnya.
Pernyataan dari Gedung Putih yang mengkonfirmasikan kematian Raymi tidak menyebutkan kapan tokoh Al-Qaeda itu dibunuh. "Kematian Raymi semamkin menurunkan peranan AQAP dan gerakan Al-Qaeda secara global. Itu membawa kita lebih dekat untuk menghilangkan ancaman dari kelompok-kelompok yang mengganggu keamanan kita," kata pernyataan Gedung Putih itu. "Amerika Serikat, kepentingan kita, dan sekutu lebih aman dengan kematian Raymi," kata pernyataan itu lagi.

Raymi merupakan seorang pelatih di sebuah kamp Al-Qaeda di Afghanistan pada tahun 1990-an. Dia melakukan perjalanan ke Yaman pada tahun 2004. Di Yaman, ia dipenjara selama lima tahun dengan tuduhan rencana untuk menyerang lima kedutaan asing di Yaman. Raymi diyakini mengawasi pembentuk Al-Qaeda di Yaman.
Para pejabat AS pernah menggambarkan AQAP sebagai "waralaba operasional paling aktif" dari Al-Qaeda di luar Pakistan dan Afghanistan. Sebagian besar serangannya dilakukan dari Yaman, ia mengambil keuntungan dari ketidakstabilan politik di Yaman yang telah berlangsung bertahun-tahun.
Diperkirakan Raymi berada dibalik sejumlah besar serangan di Yaman dan Arab Saudi yang menewaskan ratusan orang. Ia juga melakukan serangkaian serangan bom pesawat canggih dengan target sasaran AS.[]