DPR Berharap Tragedi Berdarah di Papua Bisa Diakhiri

Sukamta berharap tragedi di Papua bisa segera diatasi dengan melaksanakan otonomi khusus secara efektif.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sukamta. (Foto: Dokumen Sukamta)

Jakarta - Anggota Komisi I DPR Sukamta berharap persoalan kekerasan di Papua bisa segera diakhiri. Menurutnya, pelaksanaan otonomi khusus harus dilaksanakan secara efektif untuk pembangunan manusia, pembangunan fisik dan sosial Papua. 

Diketahui, baru-baru ini terjadi tragedi tewasnya anggota TNI Serka Sahlan yang bertugas sebagai Babinsa di Hitadipa akibat tembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Beberapa jam sebelumnya juga menewaskan seorang tukang ojek di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua.

“Kita berharap semua persoalan terkait Papua segera selesai dan pembangunan di sana bisa lebih merata. Otonomi khusus (otsus) harus terus ditingkatkan efektivitasnya. Dana otsus yang kita gelontorkan dapat berimbas baik terhadap pembangunan manusia, pembangunan fisik dan sosial di sana,” kata Sukamta, di Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2020. 

Kalau pembangunan itu tidak dirasakan masayarakat bawah, maka mereka akan menganggap pemerintah tidak mempedulikan rakyat Papua.

Baca juga: Mahfud: Tak Ada Ruang Negosiasi Kemerdekaan Papua

Politisi PKS ini menjelaskan berdasarkan evaluasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Papua belum menunjukkan progres yang cukup berarti. IPM Papua tahun 2019 skornya paling rendah yaitu 60.84, jauh di bawah skor IPM nasional sebesar 71.92. 

"Kalau pembangunan itu tidak dirasakan masayarakat bawah, maka mereka akan menganggap pemerintah tidak mempedulikan rakyat Papua," ujarnya.

Padahal, kata Sukamta, dana otsus Papua yang sudah digelontorkan cukup besar, total mencapai Rp. 126 triliun sejak tahun 2002. Untuk APBN 2021 kita tetapkan dana otsus Papua sebesar Rp. 7.8 triliun. 

Hal ini sesuai dengan amanat UU RI No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bahwa dana Otsus setara 2% dari total pagu dana alokasi umum (DAU) nasional dan berlaku selama 20 tahun. Ini juga perlu kita evaluasi dan lanjutkan otsus Papua, karena tinggal 1-2 tahun lagi. Jika dana otsus tifdak dilanjutkan, akan sangat memberatkan Papua, karena dana otsus selama ini menyumbang hingga 60% APBD.

“Kemudian, kita berharap pendekatan untuk Papua lebih menggunakan pendekatan kemanusiaan, agar lebih manusiawi secara sosial. Kita sesuaikan dengan kultur masyarakat Papua. Kita berharap pembangunan di sana betul-betul menyentuh rakyat Papua. Kita harus kedepankan dialog,” kata Sukamta.

Selain itu, Sukamta juga menyoroti keamanan bahwa isu-isu akan selalu ada baik yang dihembuskan oleh OPM untuk mengagitasi rakyat Papua merongrong NKRI atau negara-negara lain yang memiliki kepentingan terhadap ketidakutuhan NKRI. 

"Papua ini hanya pintu masuk saja untuk mengganggu keutuhan NKRI," tuturnya.

Baca juga: Sukamta Tegaskan Usul Kesejahteraan TNI Ditingkatkan

Sukamta berharap pemerintah pusat bersatu padu untuk mengatasi permasalahan Papua ini secara komprehensif. Misalnya, beberapa negara yang berkepentingan terhadap Papua bisa didekati secara diplomatis oleh Kementerian Luar Negeri.

“Terakhir, untuk mencapai itu semua, kita mendorong optimalisasi satu desk khusus Papua untuk mengkoordinasikan semua unit agar bekerja dalam satu komando. Kita berharap agar pembangunan manusia, fisik, budaya, diplomasi luar negeri, keamanan, intelijen, pembangunan ekonomi, jangan sampai berjalan sendiri-sendiri. Jika pendekatan komprehensif ini dilakukan, maka semoga persoalan Papua bisa diselesiakan secara lebih sistematis,“ kata wakil rakyat dari Daerah Istimewa Yogyakarta ini. []

Berita terkait
Sukamta Anggap Kartu Prakerja Skandal Memalukan
Anggota DPR sekaligus Politikus PKS Sukamta menganggap program Kartu Prakerja sebagai skandal memalukan, yang menurutnya tak perlu dilanjutkan.
Papua Tetap Terapkan Adaptasi Kebiasaan Baru
Pemerintah Provinsi Papua tetap memberlakukan adaptasi kebiasaan baru (new normal) dalam penanganan Covid-19.
Dua Bulan Warga Intan Jaya Papua Hidup Diteror KKB
Warga Distrik Hitadipa dan Distrik Sugapa ibu kota Kabupaten Intan Jaya, Papua hidup dalam ketakutan. Ini penyebabnya
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.