DPRD Samosir: Pelayanan RSUD Hadrianus Menyedihkan

Anggota DPRD Samosir dari Fraksi Nasdem, drg Magdalena Sitinjak menyatakan kesedihan dan kekecewaannya atas pelayanan RSUD dr Hadrianus Sinaga.
RSUD dr Hadrianus Sinaga di Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Fernando Sitangang)

Samosir - Anggota DPRD Samosir dari Fraksi Nasdem, drg Magdalena Sitinjak menyatakan kesedihan dan kekecewaannya atas pelayanan RSUD dr Hadrianus Sinaga, yang membatalkan operasi kepada pasien, karena ketiadaan dokter spesialis yang diduga sedang berlibur tahun baru.

"Pertama sebetulnya saya yang antar ke rumah sakit naik mobil ketika saya melihatnya sudah pingsan di klinik. Sebenarnya kalau standar mereka (medis RSUD, red) harus kerjakan cito dan tidak perlu lagi ada perintah dari mana-mana, karena pasien datang dengan kondisi seperti itu harus dilakukan tindakan," ujarnya.

Menurut mantan Direktur RSUD Kabupaten Landak, Kalimantan Barat ini, dirinya merasa sedih dengan kondisi rumah sakit seperti itu. "Saya tidak tahu kalau alasannya tidak ada dokter atau apapun atau tidak mampu, saya tidak mengerti. Saya sedih dengan kondisi rumah sakit seperti itu," tambahnya.

Wanita yang juga pernah Kadis Kesehatan Kabupaten Landak ini mengaku marah dengan kondisi tersebut.

"Sebagai wakil rakyat, saya marah melihat kondisi itu. Tapi saya kan nggak bisa patentengan di sana. Bila komisi di DPRD Samosir sudah ditetapkan, saya akan usulkan pemanggilan manajemen rumah sakit. Yang saya tahu dengan kondisi seperti itu, mereka harus melakukan tindakan, ternyata setelah ditunggu sampai jam 1 malam, kok malah dirujuk?" kata dia heran.

Magdalena juga menyatakan keheranannya ketika sampai di RS Bina Kasih Medan, langsung dilakukan operasi dan tidak terjadi apapun dan pasien sehat. "Kenapa mereka tidak bisa ya? Tidak sanggup atau tidak ada dokter," ujarnya bingung.

Ke depannya, bila menurut direktur kemampuan tim medis RSUD dr Hadrianus Sinaga dirasa kurang, DPRD Samosir siap menganggarkan pelatihan.

"Kalau nggak bisa bilang saja supaya kita diklatkan atau pelatihan supaya mereka pelatihan kalau tidak mampu. Harus mengaku dengan jujur, jangan juga bohong-bohong direkturnya dengan bupati," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, akibat ketiadaan dokter spesialis, pihak RSUD dr Hadrianus Sinaga, batal melakukan tindakan operasi usus buntu atau apendektomi kepada pasien bernama Betavia Siahaan, 28 tahun. Padahal Betavia sudah siap sedia dan pihak keluarga telah menyetujui semua prosedur untuk menjalani proses operasi.

Normal Siahaan, kakak pasien, bercerita awalnya Betavia, warga Desa Sitinjak, Kecamatan Onanrunggu, Kabupaten Samosir, mengalami rasa sakit luar biasa pada perutnya dan langsung dilarikan ke RSUD dr Hadrianus Sinaga di Pangururan pada Kamis 2 Januari 2020.

"Adik saya mengeluh sakit dan kami bawa ke RSUD dr Hadrianus Sinaga pada Kamis sekitar jam 5 sore dan langsung diinfus serta dirontgen oleh petugas medis dan hasilnya adik saya didiagnosis usus buntu," ujar Normal.

Harus mengaku dengan jujur, jangan juga bohong-bohong direkturnya dengan bupati

Menurut petugas medis rumah sakit, pasien harus segera dioperasi dan pihak keluarga disodori surat pernyataan kesediaan dioperasi sesuai dengan prosedur.

"Sebagai mewakili keluarga, saya diminta menjamini dan menandatanagani pernyataan persetujuan dioperasi dan sudah kami tanda tangani. Setelah menunggu sampai tengah malam, kami tiba-tiba dikabari harus dirujuk ke Medan karena dokter spesialisnya ngak ada, katanya sedang liburan tahun baruan," ujarnya.

Dengan berat hati, Normal dan keluarga terpaksa membawa Betavia untuk dirujuk ke Medan. "Sekitar jam 1 pagi dini hari, adik saya dirujuk ke Medan, padahal kami sudah di rumah sakit jam 6 sore. Kalau tahu mau dirujuk,kenapa tidak dari awal dilakukan?" tanya Normal dengan kecewa.

Direktur RSUD dr Hadrianus Sinaga, dr Friska Situmorang enggan dikonfirmasi terkait hal ini. Secara sengaja dia me-reject panggilan ketika coba ditelepon.

Klarifikasi

Sementara itu, melalui rilisnya di beberapa grup WhatsApp, Kabid Pelayanan RSUD dr Hadrianus Sinaga, Dina Hutapea menyangkal pemberitaan yang menyatakan dokter spesialis sedang berlibur.

Berikut pernyataannya yang dituliskan dan dikutip Tagar, Sabtu 4 Januari 2020.

"Terkait pernyataan dokter liburan, operasi pasien batal..tidak benar, saya sebagai kabid pelayanan RSUD dr Hadrianus Sinaga memastikan dokter stand by selama liburan natal & tahun baru..hal ini dibuktikan tindakan pelayana pasien tetap berjalan seperti biasanya termasuk tindakan operasi, dari data tindakan operasi tetap dilaksanakan, jd dokter tdk liburan tetap stand by sesuai instruksi pimpinan, kami sendiri dari manajemen turun monitoring di rsud," tulisnya.

Dilanjutkan, "utk kasus pasien BS, 28 thn yg dirujuk..kami sbg rsud kls C..hrs selektif..tdk semua tindakan operasi dpt kami kerjakn Pangururan, dari pemeriksaan dr.Spesialis bedah secara teliti disimpulkan usus buntu dgn perforasi yg beresiko tinggi jika dikerjakn di rsud,shg dokter menjelaskn kepada keluarga, keluarga memahami dgn baik shg pasien segera dirujuk. Demikian klarifikasi yang dapat kami sampaikan..Mauliate," tulis Dina.[]

Berita terkait
Komnas PA: Tangkap Pemerkosa Siswi SMA di Samosir
Komnas PA meminta polisi segera menangkap dan menahan pelaku kejahatan seksual terhadap siswi SMA dengan retardasi mental di Kabupaten Samosir.
Dokter Liburan, RSUD di Samosir Batal Operasi Pasien
Dokter sedang liburan, RSUD Hadrianus Sinaga, Kabupaten Samosir batal melakukan tindakan operasi usus buntu pasien.
Siswi SMA Retardasi Mental Diperkosa di Samosir
Pelajar SMA dengan retardasi mental menjadi korban pemerkosaan di Kabupaten Samosir.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.