Jakarta - Gubernur otoritas moneter Arab Saudi (Saudi Arabian Monetary Authority - SAMA ), Ahmed Alkholifey memprediksi perekonomian negaranya akan tumbuh di tahun ini dari sektor nonminyak, meskipun tantangan ekonomi global sedang mencuat. Hal itu disampaikannya pada sebuah pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Riyadh, Arab Saudi, untuk membahas kebijakan ekonomi dunia terhadap dampak virus corona atau COVID-19.
"Pertumbuhan produk domestik bruo (PDB) di Arab Saudi diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada tahun 2020. Kebijakan moneter, fiskal, dan struktural di negara kami semuanya diarahkan untuk ekspansi PDB sektor swasta non-minyak dalam jangka menengah," katanya, dikutip dari Reuters, Minggu 23 Februari 2020.
Pada Januari lalu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund - IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Arab Saudi sebesar 1,9 persen tahun ini, naik dari estimasi tahun lalu sebesar 0,4 persen. Namun, proyeksi IMF itu lebih rendah dari target yang dibuat Kerajaan Arab Saudi sebesar 2,2 persen, lantara lembaga internasional ini melihat imbas dari penurunan produksi minyak.
"Kami memiliki pandangan positif pada ekonomi Arab Saudi. Perkiraannya positif, dan pertumbuhan akan lebih tinggi dari tahun lalu, terutama dari sektor swasta," kata Kholifey.

Setelah mengalami tahun yang buruk akibat dampak perekonomian global tahun lalu dengan pertumbuhan PDB global terlemah sejak krisis keuangan, Kholifey berharap ada 'kabar baik' akhir pekan ini. "Pada pertemuan G20 nanti, kami akan mencari 'kabar baik' dari negara lain. Secara keseluruhan, diharapkan mengkonfirmasi garis proyeksi bahwa perlambatan pertumbuhan telah mencapai titik terendah, dan memutarbalikkannya pada tahun berjalan, walaupun yang moderat sekalipun," kata dia.
Alkholifey mengingatkan, tensi perdagangan, kebijakan politik, dan wabah virus corona adalah risiko penurunan pertumbuhan global. Anggapan itu muncul setelah Institute of International Finance memperingatkan, wabah virus dapat menurunkan permintaan minyak di Cina, dan negara-negara Asia lainnya. Hal itu dapat menekan harga minyak mentah ke level 57 dolar AS per barel, dan mengaburkan prospek pertumbuhan di seluruh Timur Tengah.
Bahkan, ketika ekonomi berbasis minyak menderita, ekonom mengatakan investasi Arab Saudi di sektor nonminyak yang dipimpin oleh Dana Investasi Publik akan terus mendukung kegiatan ekonomi tahun ini. Ekonomi nonminyak Arab Saudi tumbuh 4,33 persen pada triwulan ketiga 2019, meskipun ekonomi secara keseluruhan turun 0,46 persen, akibat penurunan produksi minyak. []