Jakarta - Inggris menjadi yang terpukul paling parah oleh imbas pandemi Covid-19 (C-19) di antara negara-negara ekonomi utama, dari April hingga Juni, kata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Perekonomian negeri Ratu Elizabeth mengalami kemerosotan terbesar dalam catatan selama periode triwulan kedua 2020.
Seperti diberitakan dari BBC News, Kamis, 26 Agustus 2020, kebijakan penguncian (lockdown) untuk mencegah penyebaran virus menyebabkan Inggris secara resmi jatuh ke dalam jurang resesi. Ekonomi Inggris mengalami kontraksi 20,4%, jauh di atas penurunan rata-rata 37 negara OECD secara keseluruhan sebesar 9,8%, menurut lembaga thin tank tersebut.
Pemerintah bergulat dengan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Itu adalah waktu yang sangat sulit dan tidak pasti.
Baca Juga: Akibat Covid-19, Jumlah Pekerja di Inggris Merosot
OECD menyebutkan, Spanyol menjadi negara kedua yang terkena pukulan terburuk dengan penurunan ekonomi mencapai 18,5%. Penurunan di negara-negara OECD merupakan yang terbesar dalam catatan, jauh melampaui penurunan 2,3% yang tercatat dalam tiga bulan pertama tahun 2009, pada puncak krisis keuangan.
Pada saat yang sama, kelompok negara industri G7 mengalami kontraksi sebesar 10,9%, sedangkan zona euro mengalami penurunan 12,1%. Di antara negara-negara G7 lainnya, produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua turun 13,8% di Prancis, sementara Italia, Kanada, dan Jerman masing-masing mengalami penurunan sebesar 12,4%, 12%, dan 9,7%..

Ketika Inggris merilis angka PDB kuartal kedua awal bulan ini, Kanselir Rishi Sunak mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah bergulat dengan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, itu adalah waktu yang sangat sulit dan tidak pasti.
Sunak mengatakan ekonomi Inggris berkinerja lebih buruk daripada negara-negara di Uni Eropa karena berfokus pada layanan, jasa, dan belanja konsumen. Namun kanselir bayangan Anneliese Dodds menyalahkan Perdana Menteri Boris Johnson atas skala penurunan ekonomi. "Penurunan tidak bisa dihindari setelah lockdown, namun krisis pekerjaan Johnson tidak baik," ucapnya.
Dari Madrid hingga Manchester, jalan-jalan kosong di puncak musim semi memperlihatkan dampak ekonomi dari langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19. Menurut OECD, negara-negara terkaya, yang bertanggung jawab atas sebagian besar perdagangan global, menyusut empat kali lebih cepat antara April dan Juni dibandingkan selama periode tergelap dari krisis keuangan.
Baca Juga: Aliansi Brasil dan Inggris Produksi Vaksin Covid-19
Dan dengan ketergantungannya pada sektor-sektor yang paling terpukul - belanja, layanan, dan perhotelan - Inggris mengalami penurunan terbesar. Para ekonom memperkirakan akan membutuhkan beberapa tahun bagi ekonomi untuk kembali ke jalurnya sepenuhnya. Sementara , beberapa ekonom khawatir pengangguran bisa melonjak hingga 10%, atau bahkan lebih tinggi, untuk sementara waktu. []