Jakarta - Ekonomi Jepang menyusut pada tingkat tercepat dalam lima tahun terakhir pada 2019. Penurunan di negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu disebabkan oleh dampak kenaikan pajak penjualan, topan besar dan permintaan global yang melemah.
Seperti diberitakan dari BBC News, Senin, 17 Februari 2020, produk domestik bruto (PDB) Negeri Matahari Terbit itu turun jauh lebih curam dari yang diperkirakan, sebesar 6,3 persen pada triwulan keempat 2019. Dampak wabah virus corona denga nama COVID-19 akan membuat perekonomian kembali terjatuh di triwulan pertama 2020. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Jepang akan jatuh ke dalam resesi.
Penyusutan PDB itu merupakan yang pertama dalam lebih dari setahun. Selain itu juga merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2014 yang tercatat sebesar 7,4 persen. Tahun itu merupakan yang terakhir kaliJpeang menaikkan pajak penjualannya.
Selama periode tersebut, pengeluaran konsumen tergerus 2,9 persen setelah pajak penjualan dinaikkan pada Oktober tahun lalu menjadi 10 persen dari sebelumnya 8 persen. Pada bulan yang sama, Topan Hagibis menghantam sebagian besar negara yang berdampak terhadap perekonomian.

Virus corona terutama akan memukul pariwisata dan ekspor. Tapi juga dapat menekan konsumsi domestik yang cukup besar.
Pada triwulan keempat 2019, belanja modal turun 3,7 persen dibandingkan periode sama tahun 2018. Pada sisi lain, ekspor juga tergelincir 0,1 persen di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS)- China yang sedang berlangsung. Investor sekarang mengamati untuk melihat apakah ekonomi akan pulih setelah virus corona memaksa China untuk menutup pabrik dan menyebabkan penurunan kunjungan turis asing dari China.
Menanggapi data itu, Menteri Ekonoi Jepang Yasutoshi Nishimura mengatakan pemerintah Jepang siap untuk mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menangani dampak virus corona terhadap perekonomian dan sektor pariwisata. Pada Desember, Perdana Menteri Shinzo Abe menyetujui pengeluaran sebesar 120 miliar dolar AS yang ditujukan untuk meredam dampak kenaikan pajak penjualan.
Kalangan analis berpendapat, dampak meluasnya epidemi virus corona dapat merusak output dan pariwisata yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Hal ini akan mendorong Jepang ke dalam resesi. "Ada peluang yang cukup bagus bahwa perekonomian akan mengalami kontraksi lagi pada periode Januari - Maret. Namun virus ini terutama akan memukul pariwisata dan ekspor. Tapi juga dapat menekan konsumsi domestik yang cukup besar," kata Taro Saito, peneliti eksekutif di NLI Research Institute.
"Jika epidemi ini tidak tertahan pada saat Olimpade, kerusakan pada ekonomi akan sangat besar," kata Saito lagi seperti dikutip dari straitstimes.com, Senin, 17 Februari 2020.[]
Baca Juga:
- Lagi, 70 Orang di Kapal Pesiar di Jepang Kena Corona
- Jepang Investasi Rp 41 Triliun untuk Asia Tenggara