Tarutung - Sudah tujuh hari elpiji ukuran 3 kilogram (Kg) sangat langka di wilayah Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Jikapun ada, harga per tabung jauh melambung tinggi dari harga eceran terendah (HET) sesuai aturan pemerintah.
Akibat kelangkaan itu, sejumlah warga mengeluh dan meminta perhatian pemerintah agar pola distribusi dan pengawasan harga dimaksimalkan.
"Kalaupun ada dengan harga 30 ribu rupiah per tabung, itu pun berebutan," kata Dahlia Simorangkir, warga Kecamatan Siatas Barita, kepada Tagar, Senin 2 September 2019.
Warga pemakai tabung elpiji ukuran 3 Kg di Kecamatan Sipoholon malah meminta agar dilakukan razia pemakaian tabung 3 Kg di restoran dan katering.
Sedangkan di daerah Tarutung dan sekitarnya sudah langka, apalagi di Garoga kecamatan terjauh dari ibu kota Tapanuli Utara
"Kemungkinan itu salah satu penyebab kelangkaan. Seperti rumah makan dan usaha katering. Mereka (pengusaha) sepatutnya memakai gas non subsidi ukuran 12 kilogram," kata B Sihombing di Sipoholon.
Partanda Siagian, 48 tahun, warga Desa Garoga Sibargot, Kecamatan Garoga menyebut, di daerahnya otomatis lebih langka dari pada kecamatan lain. Saat ini harga berada di atas Rp 27 ribu satu tabung.
"Sedangkan di daerah Tarutung dan sekitarnya sudah langka, apalagi di Garoga kecamatan terjauh dari ibu kota Tapanuli Utara," terang Partanda, diwawancara Tagar lewat telepon seluler.
Fazar Maningsing Gultom, Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Tapanuli Utara belum berhasil dikonfirmasi untuk memperoleh keterangan resmi penyebab kelangkaan gas subsidi untuk masyarakat miskin di daerah itu.
Osmar Silalahi selaku Asisten II Bidang Perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara mengatakan, soal kelangkaan gas elpiji 3 Kg sedang dalam pengawasan ketat Bagian Perekonomian Tapanuli Utara.
"Agar dibuat laporan resmi kepada Bagian Perekonomian perihal fakta-fakta lapangan penyebab kelangkaan dan melambungnya harga di masyarakat," jawab Osmar Silalahi.[]