Jakarta – Setelah hampir dua bulan jumlah kasus kumulatif virus corona (Covid-19) tercatat di China daratan, sejak tanggal 27 Maret 2020 pukul 03.05 GMT atau 10.05 WIB peringkat pertama dalam jumlah kasus positif Covid-19 berpindah ke Amerika Serikat (AS). Dengan 85.594 kasus dan 1.300 kematian angka ini ada di atas China yang mencatat 81.340 kasus dengan 3,292 kematian.
Kondisi itu sudah diperkirakan ahli-ahli epidemiologi. Judul berita di beberapa media asing, 24 Maret 2020, yang mengutip pernyataan pejabat Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) yang menyebutkan bahwa sepertiga kasus Covid-19 yang terbaru ada di AS. “Negara ini (AS-pen.) bisa jadi episentrum (Covid-19-pen.) berikutnya,” kata pejabat WHO.
Empat hari kemudian prediksi WHO itu terbukti dengan jumlah kasus yang meroket di AS yang melampaui jumlah kasus di China. Juru bicara WHO, Margaret Harris, mengatakan kepada wartawan Selasa pagi, 24 Maret 2020, bahwa 85 persen kasus Covid-19 yang dikonfirmasi pada hari sebelumnya, terdeteksi di AS dan Eropa. Sebanyak 40 persen dari kasus itu dilaporkan di AS (vox.com, 24 Maret 2020).
Disebutkan ketika Presiden Donald Trump mempertimbangkan pedoman jarak sosial, Harris mengingatkan bahwa deteksi kasus-kasus baru Covid-19 bisa membuat AS jadi pusat baru pandemi global. Laporan Reuters yang dikutip vox.com Harris mengatakan bahwa AS memiliki wabah yang sangat besar dan wabah yang semakin meningkat intensitasnya.

Peringatan Harris itu ternyata jadi kenyataan. Kasus Covid-19 di AS melebih China, begitu juga dengan kasus di yang mencatat 80.589 dengan 8.215 kematian mendekati jumlah kasus di China. Bahkan, jumlah kematian di Italia, 8.215, sudah hampir tiga kali jumlah kasus kematian terkait corona di China sebanyak 3.292.
Melihat pergeseran persebaran Covid-19 ini negara-negara di Asia Tenggara juga harus waspada karena percepatan infeksi baru di Malaysia. Sebagai negara di pusaran persebaran Indonesia harus waspada agar tidak jadi episentrum Covid-19 di Asia Tenggara. []