Jakarta, (Tagar 28/9/2017) – Isu kebangkitan komunisme kembali mencuat mengingat semakin dekatnya peringatan G30/SPKI di Indonesia. Bahkan sejumlah massa akan berunjuk rasa di DPR untuk dalam rangka menolak kebangkitan PKI di Indonesia.
Isu kebangkitan PKI ini dinilainya sebagai satu wacana publik yang menjadi diskursus publik. Ini menjadi bukti nyata, karena reaksi kebangkitan PKI tidak mungkin ada jika tidak ada aksi sebelumnya, sehingga isu terus tumbuh dan berkembang.
“Saya sih melihat ini kenyataannya menjadi satu wacana publik, diskursus publik yang behari-hari bahkan berminggu-minggu ada didalaam dan selalu berulang itu, artinya karena ada aksi ada reaksi pastinya ya,” ungkapnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (28/9).
Fadli melihat, adanya kemungkinan bangkitnya isu PKI ini juga karena pelaku sejarah peristiwa G30S/PKI masih ada. Bukan hanya kalangan eks PKI namun juga kalangan anti PKI.
“Kalau generasi itu sudah tidak ada lagi misalnya sekarang kan pelaku-pelaku sejarahnya masih ada, dari kalangan eks PKI mereka masih ada dari kalangan yang anti PKI seperti angkatan 66 masih banyak gitu ya, jadi saya kira kan mereka pelaku-pelaku sejarah,” jelas Fadli yang juga Wakil Ketua DPR ini.
Maka selama para pelaku sejarah masih ada, akan terus menimbulkan pro kontra tentang PKI yang memberontak dan tentang PKI itu adalah korban. Keduanya mengklaim pernah mengalami kekerasan yang dulu pernah dialami.
“Dan juga karena proses itu pro kontra satu mengatakan PKI ini memberontak, saya termasuk yang berpendapat seperti itu. Yang lain berpendapat, bahwa PKI ini korban itu. Kalau saya berpendapat ya PKI memberontak ya sudah salah gitu. Tapi bahwa memang ada kekerasan dilakukan juga, baik kepada mereka yang anti PKI ketika itu, maupun kepada mereka yang terlibat PKI,” ujarnya.
Kewaspadaan nasional tentang penolakan kebangkitan PKI menurut Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon merupakan suatu kewajaran. Karena ada masih ada upaya pembelokan sejarah dari berbagai pihak.
“Saya kira masih wajar karena walaupun ini udah terjadi sekitar berapa tahun yang lalu ya ini 50 tahun lebihlah, tapi ternyata kan masih mendapat perhatian karena berbagai macam pandangan dan juga adanya upaya-upaya membelokan lagi sejarah dan sebagainya itu,” ungkapnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (28/9).
Isu kebangkitan PKI, menurut Fadli bukan merupakan alat politik suatu pihak. Namun, ideologi komunis Karl Marx yang sudah bangkrut di semua negara dan dinyatakan sebagai ideologi yang gagal dalam praktiknya harus tetap diwaspadai karena bisa saja jejak yang tertinggal dalam ideologi tersebut, dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab yang menginginkan PKI bangkit kembali.
“Tetapi access-access dari kegagalan itu masih ada dan masih tertinggal gitu. Dan ada upaya yang mungkin mau membelokan sejarah. Mungkin ada yang punya motif balas dendam. Nah itu yang seperti itu yang harus menurut saya diselesaikan di tuntaskan gitu,” pungkasnya. (nhn)