Jakarta - Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean (FH) melihat gelagat politik antara mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Petinggi Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Ferdinand berpendapat, gelagat yang diperlihatkan JK, Anies, dan Rizieq menunjukkan benang merah menuju perpolitikan 2024 mendatang.
JK, Rizieq, Anies, saya yakini ada benang merahnya dalam perpolitikan ini. Siapa sponsor, siapa operator, siapa Pion akan bisa dibaca publik
"Kalau melihat gelagat dan arah politiknya, jelas ini muaranya untuk politik 2024. Kasat mata terlihat ketika kemarin JK bicara ada yang salah dengan demokrasi, hari ini Anies Baswedan (22 November 2020) di akun Twitter-nya pamer buku tentang bagaimana demokrasi mati. Ini semua ada benang merahnya," kata Ferdinand dihubungi Tagar, Minggu, 22 November 2020.
"JK, Rizieq, Anies, saya yakini ada benang merahnya dalam perpolitikan ini. Siapa sponsor, siapa operator, siapa Pion akan bisa dibaca publik," ucap Ferdinand menambahkan.
Tak hanya itu, dia juga menyebut keberpihakan JK terhadap kelompok FPI dan Anies yang kerap menebar politik identitas akan membunuh demokrasi di Indonesia.

"Dengan berdirinya JK pada kelompok yang kental gunakan politik identitas, seperti Rizieq dan Anies justru akan membunuh demokrasi yang benar. Sementara itu disisi lain JK seolah merah putih, ini lucu dan tak jelas bagi demokrasi," ujarnya.
Kendati demikian, dia berharap JK tidak memberikan dukungan kepada pihak-pihak yang sering menjalankan demokrasi sesat dengan politik identitas.
"Harapan saya tentu semua pihak dan kali ini khususnya kepada Pak JK agar tidak mendukung kelompok yang melakukan demokrasi sesat, yaitu menggunakan politik identitas dan cara-cara yang berpotensi memecah belah persatuan," kata dia.
- Baca juga: FH: Dukungan JK ke Rizieq Shihab Potensi Mencederai Demokrasi
- Baca juga: Di Acara Rizieq Ada Klaster, TNI - Polri Test Cepat Petamburan
"Demokrasi adalah alat untuk menghasilkan kebaikan kekuasaan demi rakyat bukan untuk menghasilkan kekuasaan yang memecah belah," tutur Ferdinand menambahkan.[]