Semarang - Raut kesedihan tampak jelas di wajah Suwarni, 52 tahun. Perempuan itu baru saja ditinggal suami dan anaknya dalam tempo hampir bersamaan. Dua orang yang dicintai menghembuskan nafas terakhir usai tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya di Kampung Kulitan No 305, Kelurahan Jagalan, Kota Semarang.
Suami Suwarni, yaitu Sugeng, 59 tahun, meninggal di tempat, sedangkan anak ketiganya, Tomy Yulianto, 25 tahun, tak tertolong saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung di Kaligawe. Muncul firasat buruk yang ditangkap Suwarni jelang kejadian nahas tersebut.
Jadi memang ada akar pohon beringin yang membuat bangunan jadi rawan bencana.
Kepada Tagar, Suwarni mengaku perasaan tak enak tiba-tiba menyergap takala mendengar suara bergemuruh pada tadi pagi, Kamis, 20 Februari 2020, sekira pukul 05.00 WIB. Ia langsung beranjak dari tempat tidurnya ke arah sumber suara, bagian depan rumah. Ternyata benar, di ruang depan ia melihat suami dan anaknya tergeletak tertimpa reruntuhan bangunan rumah.
"Saya dan tiga anak lain tidur di rumah bagian belakang. Sedangkan suami dan Tommy tidur di depan. Rumah bagian depan saat saya lihat sudah roboh. Anak dan suami saya tertimpa reruntuhan," katanya dengan mata sembab, Kamis sore, 20 Februari 2020.
Menurut perempuan paruh baya ini rumahnya roboh karena rapuh terimbas akar pohon beringin. Diketahui, akar pohon beringin di sebuah rumah kosong tak jauh dari lokasi kejadian menjalar ke tembok rumah di sekitarnya, termasuk rumah yang ditinggali keluarga Suwarni.
Suwarni, warga Jagalan, Semarang mendapat firasat buruk saat mendengar suara gemuruh, Kamis pagi, 20 Februari 2020. Ternyata, bagian depan rumah roboh menimpa suami dan anaknya. (Foto: Tagar/Sigit Aulia Firdaus)
Struktur bangunan makin tak kuat menahan beban bagian atas setelah hujan deras mengguyur Semarang mulai Rabu malam, 19 Februari 2020 hingga pagi hari. Hingga akhirnya roboh di jelang pagi tadi. "Jadi memang ada akar pohon beringin yang membuat bangunan jadi rawan bencana," ucap ibu yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu.
Suwarni menceritakan beberapa waktu sebelum kejadian, pegawai Kelurahan Jagalan setempat mendatangi rumah kosong itu guna mengingatkan potensi bahaya rumah roboh. Namun pemilik rumah tidak ditemukan. Padahal, akar pohon beringin yang ada di rumah kosong itu telah menjalar ke lima rumah di sekitarnya.
"Tidak tahu itu rumah kosong milik siapa," katanya.
Suwarni dan keluarga saat ini masih bertahan di rumahnya. Ia dan tiga anaknya memutuskan untuk tetap tinggal di bagian belakang rumah. Sebetulnya sudah ada tetangga yang menawarkan untuk mengungsi sementara di rumah yang lebih aman, namun ia menolak.
"Satu anak saya mengidap disabilitas. Tiap malam teriak. Saya tidak enak jika mengungsi ke rumah tetangga," ujar dia.
Sementara itu, Ida Nur Aini 57 tahun warga setempat berharap Pemkot Semarang cepat mengambil tindakan. Ia mengatakan, rumah miliknya yang bersandingan langsung dengan rumah Suwarni juga terancam roboh. "Saya juga was-was setiap waktu. Akar pohon beringin itu juga menjalar ke tembok rumah saya," katanya.
Sementara dua korban bencana rumah roboh hari ini telah dikebumikan. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang meninjau lokasi kejadian berjanji akan merenovasi rumah yang hancur. []
Baca juga:
- 4 Rumah Tertimbun Longsor di Pesisir Selatan
- Gempa Maluku Tengah, 21 Rumah Rusak
- Satu Orang Tewas Tertimpa Tiang Rumah di Toraja