Jakarta, (Tagar 16/11/2018) - Gulat merupakan hal yang tabu bagi perempuan Irak. Pasalnya, olahraga ini menyimpang dari tradisi dan budaya lokal.
Alia Hussein, pegulat wanita pertama Irak sempat mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari keluarganya. Hussein, dihina hingga dipukul saat meminta izin untuk menekuni olahraga yang telah dipertandingkan di ajang Olimpiade.
Tim gulat wanita pertama Irak, sedang berlatih di klub olahraga di Diwaniya, Irak. Sekitar 180 km dari Baghdad. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)
Klub olahraga di Diwaniya pada tahun 2012 pernah dibubarkan, setelah adanya keluhan dari masyarakat setempat bahwa olahraga itu menyimpang dari tradisi dan budaya lokal. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)
Wanita Irak latihan bergulat saat di klub olahraga di Diwaniya. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)
Alia Hussein memenangkan medali perak dalam kategori freestyle 75 kg pada acara regional di Lebanon dan emas di turnamen lokal di Baghdad. "Saya menghadapi pertentangan dari keluarga saya di awal, tetapi setelah partisipasi di Baghdad dan turnamen Beirut mereka mulai mendukung saya, terima kasih Tuhan," kata Hussein. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)
Alia Hussein, pegulat wanita pertama Irak. Menurutnya, pertarungan terberat yang pernah dia hadapi adalah meminta izin keluarganya untuk menekuni olahraga ini. Saat memberitahu keinginannya bergulat, Hussein dihina dan bahkan dipukuli oleh keluarga. (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Pelatih gulat, Nihaya Dhaher Hussein duduk dikelilingi pegulat wanita Irak. Guru sekolah berusia 50 tahun itu menjadi pendorong. Dia menggerakkan skuad untuk berlatih, melatih mereka dan meyakinkan keluarga pegulat wanita agar membiarkan putri, saudara perempuan atau istri mereka bergulat. (Foto : Reuters / Alaa Al-Marjani)
Wanita Irak duduk di bus ketika mereka meninggalkan gym setelah latihan di Diwaniya. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)
Tim gulat Irak meninggalkan gym setelah latihan di Diwaniya. (Foto : Reuters/Alaa Al-Marjani)