Banda Aceh - Menikmati kopi di warung merupakan hal yang sudah biasa. Tetapi, bagaimana rasanya apabila kopi tersebut diseruput langsung di kebunnya? Mungkin bagi Anda yang berkunjung ke dataran tinggi Gayo, Aceh tak lengkap jika tidak mencobanya.
Sebuah warung kopi yang disulap dengan nuansa tradisional berdiri di sebidang perkebunan kopi di kawasan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Nama warung tersebut adalah Galeri Kopi Indonesia.
Bangunan warung yang berbahan kayu itu berdiri di tengah-tengah rimbunnya pepohonan kopi. Di sela-sela pepohonan, juga didirikan pondok-pondok setinggi sekitar dua meter. Di sana, para pengunjung bisa duduk sampil menyeruput arabica.
Beberapa waktu lalu, Tagar berkesempatan mengunjungi warung kopi itu. Saat tiba di lokasi, sebuah tulisan Galeri Kopi Indonesia terpampang di pintu masuk perkebunan tersebut.
Karena selama ini kita kan hanya minum kopi di warung kopi.
Saat memasuki Galeri Kopi Indonesia, kiri kanan dipenuhi dengan pepohonan kopi. Di tengah hamparan pepohonan itu, sambil menyeruput espresso, pengunjung juga bisa menikmati sayup sayup lantunan musik lounge.
Pengunjung duduk santai di pondok yang berada di Galeri Kopi Indonesia di kawasan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu 19 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)
Warung kopi itu dibuka pada tahun 2016 di tengah - tengah hamparan kebun kopi milik keluarga. Tak harus menunggu waktu lama, warung Galeri Kopi ini langsung hits dan menjadi tempat wajib disinggahi ketika berada di Tanah Gayo.
Wildan El Fadhil, salah seorang pengunjung mengaku terkesan dengan warung kopi tersebut. Sebab, selama ini ia hanya banyak menemui warung kopi berada di tempat keramaian, seperti pasar dan perkotaan.
"Saya baru kali ini datang ke sini, bagi saya tempat ini bukan kopinya saja yang enak, tetapi juga suasananya, jadi saya bisa berfoto-foto sambil minum kopi," kata Wildan pada Tagar, saat mengunjungi warung tersebut.
Pengunjung menyeruput kopi di Galeri Kopi Indonesia di kawasan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu 19 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)
Menurut Wildan, apa yang dilakukan pemilik Galeri Kopi merupakan salah satu wujud bahwa pemuda-pemuda Aceh memiliki ide-ide kreatif. Karena itu, ia berharap warung-warung seperti itu juga ada di daerah lainnya di Aceh.
"Karena selama ini kita kan hanya minum kopi di warung kopi, di sekelilingnya tidak ada pohon kopi, jadi tidak begitu terkesan," ujar Wildan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin mengatakan, sejarah perkembangan masuknya kopi ke Aceh sehingga menjadi salah satu komoditi utama andalan provinsi tersebut yakni berasal dari kawasan Ethopia pada abad ke-9.
Seorang pengunjung sedang menikmati kopi langsung di kebunnya di Galeri Kopi Indonesia di kawasan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu 19 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)
Lalu, kata Jamaluddin, kopi terus berkembang hingga ke Arab dan Afrika Utara, dan dari sanalah baru masuk ke Asia dan Eropa. Ke Indonesia sendiri kopi dikenal pada 1969 tepatnya di Batavia, barulah kemudian masuk ke Aceh pada 1908.
“Kopi masuk ke Aceh sejak 1908. Sejak itulah Aceh tidak saja dikenal dengan hasil rempah-rempahnya tetapi juga dengan kopi," kata Jamaluddin. []
Baca juga:
- Pantan Terong, Suguhkan Danau Laut Tawar dan Kopi
- Foto: Indahnya Puncak Pantan Terong di Takengon
- Menikmati Pesona Objek Wisata Bur Telege di Aceh