Washington - Bank Dunia (World Bank) akan merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi lebih rendah atau melambat akibat dampak penyebaran virus corona jenis baru. David Malpass, Presiden Bank Dunia mengatakan revisi proyeksi pertumbuhan global dilakukan di tengah kekhawatiran epidemi virus corona akan membahayakan rantai pasokan global.
Bulan lalu, lembaga pemberi pinjaman multilateral itu memproyeksikan pertumbuhan global akan mengalami rebound tahun ini setelah meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Namun Malpass memperingatkan bahwa virus yang telah menewaskan ratusan orang di China bisa menjadi ancaman bagi prediksi pertumbuhan global. "Akan ada penurunan proyeksi, setidaknya untuk paruh pertama 2020, sebagian karena China dan sebagian karena rantai pasokan," katanya seperti diberitakan dari Channel News Asia, Rabu, 5 Februari 2020.
Bank Dunia dalam laporan economic outlook memprediksi ekonomi dunia akan bertumbuh tipis tahun ini dari 2,4 persen tahun 2019 menjadi 2,5 persen. Malpass tengah membahas prospek ekonomi global dengan eks Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve - The Fed), Janet Yellen.
Yellen sependapat bahwa merebaknya virus corona bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi global. "Virus corona pasti memiliki efek signifikan khususnya China dan itu pasti akan memukul ekonomi global," katanya.
Ilustrasi virus corona baru atau 2019-nCoV (Foto: Pixabay)
Bank Dunia menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk memperkuat sistem pengawasan dan respon kesehatan. Bank Dunia juga mengingatkan untuk memanfaatkan sumber daya dan keahlian guna dikontribusikan memerangi wabah virus corona. Virus ini telah menewaskan sedikitnya 500 orang di China berdasarkan data terbaru Rabu. Angka ini lebih tinggi dari korban tewas akibat wabah sindrom pernafasan akut parah (Sars) yang melanda tahun 2002-2003 yakni sebanyak 349 orang.
Sementara itu sejumlah analis dan ekonom menurunkan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China tahun 2020 sebagai imbas penyebaran virus corona di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Aktivitas ekonomi di banyak kota terhenti karena pabrik tutup selama libur tahun baru Imlek selama sepekan. Sementara sektor jasa ikut terpukul karena warga didorong untuk tinggal di rumah. Begitu pula peluncuran film baru dibatalkan di tengah saat pengeluaran konsumen melonjak.
Eks Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve - The Fed), Janet Yellen.(businessinsider.com|yahoo.com).
Namun beberapa kalangan berpendapat bahwa langkah-langkah stimulus diharapkan dapat mengimbangi dampak wabah terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2019, pertumbuhan PDB China tercatat 6,1 persen, turun dari tahun 2018 yang sebesar 6,6 persen.
"Dampak ekonomi langsung dan paling signifikan adalah China tapi akan bergabung secara global, mengingat pentingnya China dalam pertumbuhan global serta pendapatan perusahaanglobal," kata laporan Moody's Investor Service, Rabu seperti diberitakan dari cnbc.com.
Sementara ekonom dari pemerintah China mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dapat turun menjadi 5 persen atau bahkan lebih rendah karena dampak wabah virus corona. Demikian seperti dilaporkan Reuters yang mengutip sebuah majalah lokal. []