Gejala dan Penanganan Pertama Hipertensi Usia Muda

Pengurus Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K) mengatakan hipertensi atau darah tinggi bisa serang anak muda.
Pengurus Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K). (Foto: Tagar/Rivaldi Dani Rahmadi)

Jakarta - Pengurus Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K) mengatakan sangat penting mengetahui gejala dan cara penanganan pertama hipertensi atau darah tinggi di usia muda. Menurut dia, penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang berusia muda. 

Hal itu dikatakan oleh dr. Amanda Tiksnadi dalam konferensi pers "Cegah Kerusakan Organ Akibat Hipertensi! 14th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2020" di Kantor Sekretariat InaSH pada Kamis, 20 Februari 2020.

Sekarang kita lebih banyak pakai gadget yang mudah digunakan dalam posisi apapun, hal ini bisa mempengaruhi postur tubuh yang tidak sehat.

"Tentunya bahaya, justru sekarang ngincarnya bukan usia di atas 50 atau 60 tahun, tapi kita sudah mulai start 40 tahun sebenarnya," kata Amanda kepada Tagar, Kamis, 20 Februari 2020.

Amanda menjelaskan penderita hipertensi di usia muda meningkat dua kali lipat dibanding jaman dulu. Salah satu faktor utamanya, yaitu kurangnya mobilitas atau gerakan yang dilakukan seseorang.

"Sekarang kita lebih banyak pakai gadget yang mudah digunakan dalam posisi apapun, hal ini bisa mempengaruhi postur tubuh yang tidak sehat," ujar dia.

Apabila kondisi tersebut terus terjadi berulang kali, dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang berbahaya untuk kesehatan.

"Pola hidup tersebut akan menambah statis atau pergerakan aliran pembuluh darah jadi lambat yang menyebabkan kemungkinan darah itu mengendap lebih tinggi," ucapnya.

Kata dia, darah akan menggumpal atau mengendap seperti bola salju. Namun, lama-kelamaan gumpalan darah itu nantinya akan semakin membesar. 

"Kondisi ini aman dialirkan sepanjang pembuluh darah besar. Akan tetapi tidak untuk pembuluh darah kecil yang di ujung-ujung, seperti otak, kaki, jantung, ginjal yang nantinya menyumbat dan langsung gagal fungsinya dan terjadi kerusakan terminal," tuturnya.

Menurut Amanda, penderita hipertensi khususnya anak muda tentu akan mengalami sejumlah gejala yang bersifat asimtomatik. Biasanya, rasa sakitnya tidak dirasakan di awal. Tetapi, memang sudah terjadi kerusakan di dalam organ tubuh. 

"Nanti lama-lama dimulai dari pandangan kabur, nyeri di daerah leher dan dada, kesemutan di ujung jari tangan dan kaki, irama jantung tidak beraturan, mual dan muntah, pusing, mudah pingsan. Lalu fungsi ginjal rusak dan mengakibatkan gangguan kencing yang terjadi pada seseorang yang biasa di dalam ruangan AC karena tidak merasa haus lalu kekurangan air minum," katanya.

Jika sudah merasakan tanda-tanda tersebut, alangkah baiknya secepatnya melakukan penanganan pertama agar tidak membahayakan nyawa seseorang. 

"Tetap bergerak, lakukan cek rutin seperti tensi selama 3 bulan atau 6 bulan sekali, perbanyak air minum (putih), healthy diet, lakukan 10.000 langkah per hari dengan gunakan smartwatch atau penghitung langkah di smartphone untuk menjadi reminder diri sendiri," kata Amanda.

Sebelumnya, menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 tercatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1 persen penduduk di Indonesia menderita hipertensi. Dari angka populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8 persen terdiagnosis hipertensi dan 54,4 persen yang rutin minum obat. []

Baca juga:

Berita terkait
Milenial Tidak Sabar Bakal Terserang Penyakit Hipertensi
Menurut riset, hipertensi pada milenial naik 34,1 persen pada tahun 2018.
Ancaman Penularan Penyakit Sifilis
Sifilis digolongkan sebagai penyakit menular seksual yang bisa mengancam jiwa penderitanya. Berikut ancaman penularan sifilis.
Lima Penyakit Disebabkan Konsumsi Garam Berlebihan
Kelebihan konsumsi garam bisa mempengaruhi kesehatan dan berakibat buruk pada serangan penyakit berbahaya. Berikut ulasannya.