Jakarta - Calon Ketua Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) 2021-2025, Gembong Primadjaya mengatakan terkait masalah terkelompok-kelompoknya IA ITB, dirinya mengaku siap menyatukan semua kekuatan Alumni Institut Teknologi Bandung.
“Motivasi saya dari pengalaman saya mendampingi ketua umum Ikatan Alumni yang sekarang Ridwan Jamaluddin itu saya melihat bahwa masalah yang ada adalah terkelompok-kelompoknya alumni. Ada kelompok agama, kelompok ini kelompok itu, ada kiri, kanan, tengah, atas bawah. Wah kemana-mana lah, padahal kita memiliki potensi yang sangat besar untuk negara ini maju.” Kata Gembong melalui video yang diterima Tagar, Minggu, 7 Februari 2021.
Saya merasa mungkin bisa menjadi pemersatu dari teman-teman semua. Saya sudah berkeliling selama dua minggu ini ke kelompok-kelompok itu.
Gembong kemudian berpikir dan merasa dirinya dapat masuk ke dalam semua kelompok tersebut. Dia dapat berteman dengan siapa saja dan telah dilakukannya selam bertahun-tahun.
“Saya merasa mungkin bisa menjadi pemersatu dari teman-teman semua. Saya sudah berkeliling selama dua minggu ini ke kelompok-kelompok itu.” Ujarnya.

Memang saat bertemu dengan kelompok-kelompok tersebut terjadi beberapa argumentasi, diskusi dan lainnya.
“Tapi intinya kita semua itu sepakat, kita ini udah capek. Sudah waktunya kita mencari persamaan dan meninggalkan perbedaan. Nah ini menurut saya poin yang paling penting setelah itu kita bisa berkarya, berkreasi, berbagi, kita secara bersama-sama membesarkan almamater, membesarkan organisasi IA sekaligus kita membesarkan alumninya, jangan membesarkan ketuanya.” Katanya.
Gembong kemudian menekankan penting rasanya untuk kembali melihat organisasi IA ITB ingin kemana dan untuk apa. Dirinya pun mengungkapkan bagaimana cara untuk memastikan IA ITB kedepannya lebih independen dan bersuara ketika terdapat permasalahan nasional yang memerlukan pendapat dari Alumni ITB.
“Yang pasti kita harus punya ketua yang tidak berada di bawah tekanan atau tidak punya atasan. Jadi dengan kemandirian itu kita sebagai kaum intelektual maupun professional itu mempunyai kebebasan untuk berpendapat kan kita independen.” ujarnya.
Tentunya sebagai intelektual serta profesional yang menjalankan pendidikan tinggi di perguruan tinggi negeri seperti ITB, menurut Gembong alumni ITB memiliki suatu kewajiban.
“Kita punya kewajiban untuk membantu masyarakat, membantu pemerintah. Jadi kita harus menawarkan jalan keluar, jangan hanya memaki atau menjelek-jelekan tapi kita memberi solusi itu yang saya harapkan.” ucapnya.
“Kenapa begitu? Siapapun pemerintahannya siapapun partainya kita diluar itu, kita adalah orang-orang yang dikaruniai kelebihan di luar hal politik dan kekuasaan.” Sambung Gembong Primadjaya. []