Generasi Digital dan Internalisasi Nilai *Defli Yuandika

Generasi-generasi ini membutuhkan penanganan khusus dalam membentuk dan menjaga peradaban serta tetap memiliki nilai-nilai karakter Pancasila.
Ilustrasi

Sains dan teknologi menciptakan peradaban baru. Teknologi adalah gejala utama dari kultur manusia dan lambat laun akan menciptakan suatu tatanan peradaban.

Teknologi saat ini mengalami transformasi yang radikal dalam dua abad terakhir, serta mampu mengubah bentuk dunia dan manusia. Ke depan, dunia akan dikuasai oleh generasi milenial yang menggunakan teknologi utamanya artificial intelligence (kecerdasan buatan) dengan komputer.

Manusia dan komputer telah mampu membawa manusia

melebihi keterbatasannya. Hubungan antara manusia dan kecerdasan buatan menghasilkan inovasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Saat ini nilai-nilai Pancasila tidak tertanam dengan baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia termasuk pembuat kebijakan dan kelompok ataupun orang-orang yang mempengaruhi kebijakan. Hal ini menyebabkan perselisihan terus-menerus antara masyarakat

yang berbeda suku, agama, ras, antar golongan yang menyebabkan disintegrasi dan ketidakstabilan dalam berbagai bidang kehidupan.

Hal ini menjadikan pembuat kebijakan belum menyatu dengan nilai-nilai Pancasila.

Sirkulasi pembuat kebijakan dan sirkulasi generasi merupakan tempat yang paling baik dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. Secara umum sirkulasi generasi merupakan faktor utama dalam menentukan arah pembangunan dan peradaban bangsa Indonesia.

Menurut Don Tapscott, ada tiga generasi yang akan menentukan kehidupan suatu bangsa kedepan yaitu generasi Y (lahir tahun 1981-1994), generasi Z (lahir tahun 1995-2010) dan generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025).

Ketiga generasi ini merupakan generasi yang mahir

menggunakan teknologi informasi, multitasking, menginginkan hal yang serba cepat dan praktis, materialistik, individualistis serta cenderung kurang menghargai proses.

Generasi-generasi ini membutuhkan penanganan khusus dalam membentuk dan menjaga peradaban serta tetap memiliki nilai-nilai karakter Pancasila.

Generasi ini sangat dekat dengan dunia digital (generasi digital) dan menjadi generasi yang hidup ‘amfibi’ di dunia nyata dan media sosial. Generasi digital mengacu pada model efisien dan by pass dalam

mengkonstruksi model pengetahuan.

Generasi sebelumnya dalam memahami ajaran keberagaman dilakukan melalui interaksi dengan segala dinamika didalamnya. Kondisi menjadi terbalik apabila melihat generasi digital yang menginginkan sesuatu

yang instan dalam proses mengenal ideologi, kebudayaan, kemanusiaan dan keagamaan melalui TV ataupun media sosial lainnya.

Dalam proses modernisasi kehidupan manusia di abad 21, umat manusia dituntut untuk melakukan seleksi nilai secara terus menerus. Dalam membentuk suatu peradaban yang kita inginkan, sangat penting untuk menempa pelaku-pelaku peradaban masa kini dan akan datang melalui berbagai nilai di masyarakat.

Pemerintah perlu secara serius memandang masa saat ini sebagai masa menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila untuk arah pembangunan peradaban kedepan, sehingga masa depan kita tidak lagi hanya melakukan upaya pencegahan terhadap kelompok-kelompok yang ingin melumat Pancasila.

Pemerintah harus jeli melihat kecenderungan ini termasuk dalam pola terbaru dalam penanaman nilai yang sesuai dengan karakteristik tiap generasi sehingga terjadi modernisasi cara penanaman nilai. Melibatkan perwakilan dari tiap kelompok generasi juga penting dilakukan dalam membuat sebuah kebijakan tentang penanaman suatu nilai.

Penulis

Defli Yuandika

Sekfung Litbang PP GMKI 2016 - 2018

Berita terkait
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"