Oleh: Siti Afifiyah*
Boleh saja hari ini seluruh rakyat Indonesia bahkan warga dunia sedih karena kepergian BJ Habibie. Namun bisa saja ini adalah hari paling membahagiakan bagi Presiden ketiga Republik Indonesia itu. Hari ini ia 'bertemu' cinta sejatinya, kekasih hatinya, Hasri Ainun Besari, satu-satunya di hatinya. Perempuan yang sungguh beruntung karena mendapat limpahan cinta demikian besar tak terkira dari sang suami, Rudy, panggilan akrab BJ Habibie.
Hidup tak lagi sama bagi Habibie ketika Ainun tiada. Ia boleh kehilangan apa saja termasuk jabatan megah seorang Presiden. Kehilangan terbesarnya adalah Ainun.
Meninggalnya Ainun membuat Habibie sangat menderita. Separuh jiwanya pergi. Ia menjadi tak lengkap lagi. Tak ada senyum lagi. Hari-harinya penuh kemurungan. Terpuruk depresi seperti pengakuannya sendiri. Hingga ia harus menjalani perawatan khusus dengan pendampingan dokter.
Nyaris setiap hari ia mengunjungi makam Ainun, duduk lama di samping pusara, melangitkan doa-doa. Begitu caranya mengobati kerinduannya yang dalam. Kerinduan yang menyakitkan.
Penderitaannya melahirkan karya besar berupa buku berjudul Habibie & Ainun yang kemudian diterjemahkan dalam banyak bahasa dan difilmkan. Habibie menulis sendiri buku itu. Ia menulis untuk mencurahkan seluruh isi hatinya sebagai terapi untuk mengeluarkan racun yang menyumbat kebahagiaannya.
Kata-kata inspiratif BJ Habibie. (Dari Buku Pesawat Habibie)
Ainun membuat banyak perempuan iri. Betapa beruntung ia mendapat cinta berlimpah-limpah sedemikian rupa dari sang suami. Ainun sekaligus mengilhami bahwa pasti ada lelaki baik dan setia di dunia ini. Habibie dikagumi banyak wanita. Buku dan filmnya membuat para wanita menangis dalam beragam makna. Cinta sejatinya menginspirasi jutaan orang bahwa ada kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan. Bahwa ketidaksempurnaan adalah kesempurnaan manusia.
Habibie membuat banyak pria diam-diam menunduk malu. Habibie tidak menjadikan kejeniusannya membuat pesawat terbang untuk memikat banyak wanita. Ia mencukupkan diri dengan satu saja.
Habibie yang jenius dan romantis melankolis. Tuturan kata-kata indahnya mampu menembus jantung hati manusia paling mendasar.
"Jika tidak ada bahu untuk bersandar, selalu ada lantai untuk bersujud," tutur Habibie seperti dikutip dari buku Pesawat Habibie.
Cintanya mengajarkan bagaimana menjadi lelaki dewasa, mengajarkan bagaimana menjadi manusia.
Kini tugasnya telah selesai di dunia. Ia datang menjumpai kekasih hatinya, Ainun. Dan kini mereka bersama lagi.
*Penulis adalah Jurnalis Tagar