Jakarta -Bursa saham di negara-negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) berdarah-darah lagi karena kekhawatiran penyebaran virus corona jenis COVID-19 yang begitu cepat dengan jumlah negara yang terinfeksi bertambah banyak. Pelaku pasar pesimitis karena dampak wabah akan ekonomi negara-negara ASEAN akan mengalami tekanan yang lebih dalam.
Bursa Asia mengikuti jejak Wall Street yang tertekan di tengah kekahwatiran investor terhadap meningkatnya penyebaran virus corona di Amerika Serikat. Di saat jumlah kasus infeksi baru di Tiongkok menurun, justru di negara-negara lain mengalami lonjakan.
"Apa yang awalnya dilihat sebagai kejutan China sentris, sekarang tentu menjadi perhatian global," kata ekonom senior Westpac, Elliot Clarke, seperti diberitakan dari Reuters, Jumat, 6 Maret 2020.
Pernyataan lembaga rating S&P yang menyebutkan bahwa ekonomi Asia dan Pasifik akan mengalami perlambatan, turut memicu kekhawatiran pasar. S&P menyebutka, pertumbuhan di Asia Pasifik akan melambat menjadi empat persen tahun ini, terendah sejak 2008 saat krisis keuangan global.
Baca Juga: Bursa Asia Menghijau, IHSG Menguat 2,38 Persen

Negara yang paling terpukul ekonominya adalah Hong Kong, Singapura, dan Thailand, kata S&P. Penurunan suku bunga acuan lebih lanjut tampaknya akan melindungi perekonomian dari dampak wabah. "Kami baru berada di awal siklus penurunan suku bunga dan masuk wilayah yang belum dipetakan. Bank cenderung menghadapi beban pemangkasan bunga," ucap Joel Ng, analis KGI di Singapura.
Bursa saham Singapura, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam mencatat penurunan indeks lebih dari satu persen. Indeks Harga Saham Gabungan (IHS) pada penutupan perdagangan turun 2,48 persen atau 139,59 ke posisi 5.498,54 poin. Begitu pula dengan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 32,65 poin atau 3,55 persen menjadi 887,03 poin, seperti diberitakan dari Antara.
Hal yang sama juga terjadi pada bursa Singapura, dengan penurunan indeks saham 1,71 persen dari 3.018,27 menjadi 2.966,68 poin. Ini merupakan penurunan terendah sejak Oktober 2018.
Baca Juga: IHSG Kebal Virus Corona
Ketakutan akan resesi terus meningkat di Singapura. Hal ini dipicu oleh data anjloknya penjualan ritel di bulan Januari. Kalangan analis ING memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara itu dari satu persen menjadi 0,3 persen. "Setlah tumbuh hanya 0,7 persen pada 2017, proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif bukan suatu yang dibuat-buat," ucapnya.
Bursa saham di Malaysia, Filipina, dan Thailand juga berdarah-darah. Indeks saham di Bursa Kuala Lumpur turun 0,63 persen dari 1.491,03 menjadi 1.481,65 poin. Begitu pula dengan indeks di Bursa Manila, tergerus 1,24 persen dari 6.884,77 menjadi 6.779,51 poin. Sedangkan indeks di Bursa Bangkok melemah 1,66 dari 1.390,83 menjadi 1.367,74 poin.[]