Jakarta - Harga masker yang dijual di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, masih terbilang tinggi. Padahal, belum genap sepekan usai kepolisian melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar tersebut.
Salah satu warga yang datang ke Pasar Pramuka, Vena, 24 tahun, mengatakan harga masker-masker yang dijual di sana mencapai Rp 350 ribu perkotak.
Baca juga: Sidak Pasar Pramuka, Polisi Temukan Masker 300 Ribu
Nanya di salah satu toko, Rp 350 ribu satu box. Isinya 50 lembar, tapi tidak tahu merek apa.
Oleh karena itu dia mengurungkan niatnya membeli masker, sebab harganya belum kembali normal.
"Nanya di salah satu toko, Rp 350 ribu satu box. Isinya 50 lembar, tapi tidak tahu merek apa," ujar Vena yang ditemui Tagar di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu, 11 Maret 2020.
Dari pantauan Tagar di lokasi, harga masker yang ditawarkan cukup bervariasi. Di salah satu toko, masker merek Sensi dijual seharga Rp 380 ribu perkotak yang berisi 50 lembar.
Selain itu, menurut sumber Tagar, ada pula masker yang dijual seharga Rp 400 ribu perkotak.
Namun, hingga berita ini ditulis, pihak pengelola Pasar Pramuka, Jakarta Timur enggan memberikan keterangannya.
Baca juga: Facebook Larang Iklan Masker Cegah Eksploitasi

Sebelumnya, Polda Metro Jaya menggelar sidak ke Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Dalam sidak tersebut, kepolisian menemukan masker seharga Rp 300 ribu perkotaknya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus mengatakan sidak menyusul kelangkaan masker dan harga yang melonjak tinggi setelah virus corona positif masuk ke Indonesia.
"Kita ambil contoh saja ini, salah satu merek (masker). Harganya Rp 300 ribu dijual ke masyarakat. Padahal ini sebenarnya cuma sekitar Rp 29 ribu kalau hari biasa. Ini contoh satu merek. Ini akan kita coba selidiki lagi," ujar Yusri di Pasar Pramuka, Rabu, 4 Maret 2020.
Tak hanya soal melonjaknya harga, kepolisian juga menemukan beberapa masker yang tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Memang kita menemukan beberapa merek masker yang berbeda-beda dengan harga termasuk tinggi. Ada beberapa yang kita temukan tidak ada SNI atau standar dari Dinas Kesehatan. Ini nanti dari tim akan menyelidiki, karena kita kemarin sudah membongkar satu pabrik pembuatan yang ini," katanya. []