Hong Kong - Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari empat persen pada perdagangan Jumat 3 Januari 2019 menyusul berita serangan udara yang dilakukan pasukan tentara Amerika Serikat di dekat bandara internasional Baghdad. Serangan itu menewaskan pimpinan pasukan khusus Iran Quds, Jenderal Qassem Soleimani dan wakil komandan Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) yang juga penasihat Soleimani, Abu Mahdi al Muhandis.
Harga minyak Brent melonjak 4,4 persen menjadi 69,16 dolar dan WTI naik 4,3 persen menjadi 63,84 persen. Lonjakan harga itu dipicu oleh kekhawatiran investor kemungkinan memanasnya kawasan Timur Tengah pasca penyerangan AS yang berpengaruh terhadap pasokan minyak.

Serangan terhadap fasilitas kilangan minyak Arab
Penyerangan yang mengakibatkan kematian petinggi militer Iran itu semakin meningkatkan ketegangan hubungan antara AS dan Iran. Sebelumnya hubungan AS dan Iran terganggu setelah sekelompok pro Iran mengepung kedutaan besar AS di Irak. Ini merupakan bentuk balasan setelah pasukan AS melakukan serangan duara pad faksi garis keras di Iran, Hasehd.
Harga minyak mencatat rekor lonjakan pada September setelah serangan terhadap dua fasilitas kilang minyak Arab Saudi. Ini membuat Arab sebagai pengekspor utama dunia memangkas setengah produksinya. Presiden AS Donald Trump menyalahkan Iran atas serangan itu.
"Investor khawatir bahwa situasi di Iran akan memburuk, karena mungkin pemerintah Iran akan menuntut balas atas kematian pimpipinan pasukan khusus Quds," kata Steven Leung di Mizuho Bank seperti diberitakan dari Channel News Asia, Kamis 3 Januari 2019.
Petinggi militer Iran Jenderal Qassem Soleimani tewas terbunuh oleh tentara Amerika Serikat dalam serangan udara. (Foto: time.com)
Pernyataan resmi Pentagon menyebutkan, serangan ini bertujuan untuk menghalangi rencana serangan dari Iran di masa depan. Serangan itu atas arahan langsung dari Presiden Donald Trump, yang men-tweet gambar bendera Amerika beberapa jam setelah serangan itu.
Iran akan tuntut balas
Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan Iran akan melakukan balas dendam untuk para penjahan yang mengaliri darah mereka dengan darahnya. Sementara menteri luar negeri Iran menyebutkan tindakan itu sebagai eskalasi berbahaya.
Stephen Innes dari Axi Trader menyebutkan ini lebih dari sekadar berdarah hidung Iran. "Ini adalah unjuk kekuatan yang agresif dan provokasi langsung yang dapat memicu perang Timur Tengah selanjutnya," katanya.[]