Harga Minyak Mentah Merosot Pasca OPEC+ Perpanjang Pemangkasan Produksi

Harga minyak mentah Brent, yang menjadi acuan dunia, berada di kisaran 81- 83 dolar AS (sekitar Rp 1,3 juta) per barel selama sebulan terakhir
Fasilitas penyulingan minyak di Denver, Colorado, AS (Foto: Dok/voaindonesia.com.Reuters). Harga minyak mentah Brent, yang menjadi acuan dunia, berada di kisaran 81-83 dolar AS per barel selama sebulan terakhir.

TAGAR.id – Harga minyak mentah merosot pada Senin (3/6/2024) setelah Arab Saudi dan negara-negara produsen minyak sekutunya memperpanjang pemangkasan produksi hingga tahun depan, sebuah langkah yang bertujuan untuk menopang harga yang minyak yang belum naik, bahkan di tengah gejolak Timur Tengah dan dimulainya liburan musim panas.

Aliansi OPEC+, yang beranggotakan kartel minyak OPEC pimpinan Arab Saudi dan negara-negara sekutunya, termasuk Rusia, memperpanjang pemangkasan produksi di tiga set berbeda, yang totalnya mencapai 5,8 juta barel per hari.

Harga minyak mentah Brent, yang menjadi acuan dunia, berada di kisaran 81- 83 dolar AS (sekitar Rp 1,3 juta) per barel selama sebulan terakhir. Perang Gaza dan serangan pemberontak Houthi asal Yaman terhadap kapal kontainer di Laut Merah bahkan belum mendorong harga minyak naik menuju level 100 dolar AS (Rp 1,6 juta) per barel, yang terakhir kalinya terjadi pada September 2022.

Alasannya antara lain suku bunga yang lebih tinggi, kekhawatiran atas permintaan akibat pertumbuhan ekonomi di Eropa dan China yang lebih lambat dari ekspektasi, dan meningkatnya pasokan minyak dari non-OPEC, termasuk dari produsen minyak serpih AS.

Namun, Saudi menginginkan harga minyak yang lebih tinggi demi mendanai rencana ambisius Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk mendiversifikasi ekonomi negara itu dari ekspor bahan bakar fosil. Harga minyak yang lebih tinggi juga akan membantu Rusia mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas, karena negara itu menghabiskan banyak biaya untuk perang melawan Ukraina.

Para analis menilai pemangkasan tersebut dapat mendorong harga minyak lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, namun itu sangat tergantung permintaan minyak ke depannya. Lonjakan permintaan biasanya terjadi pada musim panas selama kuartal Juli-September, tetapi ketidakpastian permintaan muncul kembali setelahnya.

Pengguna kendaraan di AS diuntungkan dengan harga minyak yang lebih murah. Harga bensin belakangan ini stabil, di mana rata-ratanya sebesar $3,56 (setara Rp57 ribu) per galon minggu lalu, satu sen lebih rendah dari setahun yang lalu. Harga itu turun dari rekor tertinggi rata-rata nasional AS sebesar 5 dolar AS (Rp 81 ribu) per galon pada Juni 2022.

OPEC menyatakan bahwa pemangkasan produksi itu mencapai 2 miliar barel per hari, yang disepakati 23 anggota OPEC+ dan diperpanjang hingga akhir 2025.

Kemudian, pemangkasan produksi sukarela sebesar 1,65 juta barel per hari oleh kelompok anggota yang lebih kecil juga diperpanjang hingga akhir 2025, menurut sebuah laporan kantor berita Saudi Press Agency.

Selain itu, kesepakatan sebelumnya soal pemangkasan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari, yang akan berakhir pada akhir bulan ini, diperpanjang hingga September mendatang, tapi akan dikurangi secara bertahap setiap bulan, hingga dihapuskan pada September 2025. (br/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Harga Minyak Anjlok Karena OPEC+ Tunda KTT
Sebuah pernyataan yang mengumumkan adanya penundaan rencana KTT hingga Kamis dari KTT 13 anggota OPEC pimpinan Arab Saudi