Jakarta -Sebuah tim investigasi pemenang penghargaan menerbitkan sekumpulan dokumen yang membeberkan wanita terkaya di Afrika, Isabel dos Santos menyembunyikan ratusan juta dolar Amerika dana publik ke dalam rekening pribadinya di Panama, sebuah negara yang menjadi surga bagi mereka yang menempatkan dana haramnya.
Tim investigasi yang tergabung International Consortium of Investigative Journalist (ICIJ) yang bermarkas di New York bekerja sama dengan surat kabar Suddeutsche Zeitung pernah membeberkan skandal surga pajak yang disebut "Panama Papers" pada tahun 2016. Dalam dokumen Panama Papers, mengungkapkan nama-nama tokoh dunia yang menyimpan harta haram mereka di Panama, negara bebas pajak. Beberapa nama pengusaha Indonesia juga ada dalam dokumen itu.
Kali ini ICIJ kembali merilis Panama Papers serial terbaru yang disebut "Luanda Leaks" yang memuat laporan sepak terjang Isabel do Santos, putri mantan Presiden Angola, Jose Eduardo dos Santos. "Berdasarkan lebih dari 715.000 file, penyelidikan kami menyoroti sistem regulasi internasional yang rusak yang memungkinkan perusahan jasa profesional melayani penguasa," tulis ICIJ.
Kekayaan ini merupakan hasil kerja keras saya karena kecerdasan, kapasitas dan ketekunan dalam bekerja.
Seperti dikutip dari frence24.com, Senin, 20 Januari 2020, tim yang terdiri dari 120 wartawan di 20 negara dapat melacak bagaimana perusahaan keuangan barat, pengacara, akuntan, pejabat pemerintah dan perusahaan manajemen membantu Isabel dan suaminya Sindika Dokolo menyembunyikan aset dari otoritas pajak.

Bulan lalu, jaksa penuntut Angola membekukan rekening dan aset yang dimiliki Isabel, pengusaha berusia 46 tahun dan suaminya dari Kongo itu. Dalam cuitannya di akun Twitter, Isabel membantah tudingan tersebut. Ia malah menuduh wartawan yang terlibat dalam penyelidikan itu telah memberitakan kabar bohong. Ada sekitar 30 tweet yang ia ungkapkan dalam bahasa Portugis dan Inggris. "Kekayaan ini merupakan hasil kerja keras yang merupakan perpaduan karakter, kecerdasan, pendidikan, kapasitas dan ketekunan saya dalam bekerja," ucapnya.
Isabel juga menuding laporan itu hanya untuk menunjukkan sikap rasisme dan prasangka buruk dari anggota ICIJ, media dan SIC-Expresso, stasiun televisi Portugal. Mereka masih berpegang pada era kolonial ketika seorang Afrika tidak pernah dianggap setara dengan orang Eropa.
Dia juga mengecam "rasisme dan prasangka" SIC-Expresso, sebuah stasiun TV Portugal dan surat kabar, dan anggota ICIJ, "yang mengingat era kolonial ketika seorang Afrika tidak pernah dianggap setara dengan orang Eropa". Pengacara Isabel menolak temuan ICIJ dan menyebutnya sebagai serangan yang sangat terkoordinasi, diatur oleh penguasa Angola, dalam pernyataan yang dikutip oleh surat kabar The Guardian. Ia kepada BBC Afrika mengatakan dokumen ICIJ merupakan bagian dari "perburuan penyihir" yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan ia dan ayahnya.
Isabel memimpin perusahaan minyak nasiona Angola, Sonangol. Majalah Forbes tahun lalu memperkirkaan harta bersih Isabel mencapai 2,2 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp 30 triliun. Presiden Joao Lourenco mendepaknya dari Sonangol pasca ia menggantikan ayahnya pada tahun 2017. Isebel mengatakan pada Rabu lalu akan mempertimbang pencalonan dirinya sebagai presiden dalam pemilihan presiden pada 2022 mendatang.[]
Baca Juga:
- Beberapa Negara Afrika Tolak Proyek OBOR China
- Ke Afrika, Meghan Markle Pakai Gaun Seharga Rp 120 Ribu