Hebat, Tim ITS Temukan Teknologi Sembuhkan Stroke dan Osteoporosis

Teknologi baru untuk membantu penyembuhan pasien stroke dan osteoporosis berhasil ditemukan tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Salah seorang mahasiswa mensimulasikan cara kerja MedCap. (Foto: Luthfi)

Surabaya, (Tagar 30/1/2018) - Teknologi baru untuk membantu penyembuhan pasien stroke dan osteoporosis berhasil ditemukan tim peneliti dari Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Aplikasi yang diberi nama Medical Capture (MedCap) tersebut memanfaatkan sistem capture berbasis tiga dimensi. Aplikasi yang dirancang oleh tiga dosen dan satu mahasiswa terdiri dari Dr Supeno Mardi Susiki Nugroho ST MT, Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Christyowidiasmoro ST MT MSc dan Harista Agam ini mampu memberikan manipulasi gerakan terapis ke pasien sebagai bentuk representasi penyembuhan stroke dan osteoporosis.

Menurut Supeno Mardi Susiki Nugroho, ide pembuatan MedCap berawal dari keinginan membantu para penderita stroke dan osteoporosis untuk melakukan rehabilitasi secara mandiri. Selain itu untuk mempertemukan secara tidak langsung antara fisioterapis dan pasien khususnya di daerah pedesaan yang jarang ditemukannya layanan fisioterapi.

"Jika gerakan terapis ini dilakukan secara rutin dan benar, maka Insya Allah akan sembuh dari penyakitnya secara perlahan," tuturnya.

Inovasi teknologi bidang kesehatan ini bermodalkan komputer dan kamera kinect (stereovision). Tim ini merancang sebuah aplikasi fisioterapis berbentuk 3D yang bekerja dengan menangkap gambar atau citra menggunakan dua arah sudut pandang yang berbeda.

"Kamera kinect memiliki dua buah kamera utama, yaitu kamera depth dan kamera RGB, dan sebuah pemancar inframerah. Kamera depth digunakan untuk mengetahui jarak kedalaman objek dari kamera, sedangkan kamera RGB digunakan untuk mengetahui bentuk tekstur atau permukaan objek," jelasnya.

Lebih lanjut, dosen yang akrab disapa Uki ini menerangkan cara kerja dari MedCap. Alat tersebut mencatat gerakan dari seorang pasien fisioterapi, kemudian gerakan tersebut disimpan dalam memori dan dimanipulasikan oleh avatar 3D. Pasien akan menirukan gerakan avatar yang tampil di monitor dengan menitikberatkan posisi gerakan dalam tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, y, dan z.

"Gerakan pasien akan dinilai secara otomatis berdasarkan tingkat kesamaan, kelincahan, dan keluwesan," ujarnya.

Pada layar monitor terdapat tiga animasi. Animasi pertama menunjukkan gerakan fisioterapi pada tulang dan titik sendi, animasi kedua berbentuk avatar lengkap dengan postur tubuh, dan animasi ketiga menunjukkan gerakan pasien saat berlatih.

"Sejauh ini, kamera kinect hanya mampu menangkap gerakan seseorang yang memiliki ketinggian postur tubuh antara 1,5 – 2 meter serta jarak optimal 2 meter dari kamera, sehingga masih perlu pengembangan lagi," ungkap I Ketut Eddy Purnama, Ketua Departemen Teknik Komputer yang juga menjadi salah satu tim peneliti. (lut)

Berita terkait