Hikayat Taman Ujung, Destinasi Wisata Prewedding di Bali

Spot terfavorit untuk Photoshoot Prewedding di Bali adalah Taman Ujung. Identik dengan namanya, lokasi ini memang menjual keindahan taman.
Taman Ujung Bali memiliki banyak spot foto menawan. (Foto: Instagram/dayusri07)

Bali - Pulau Dewata Bali telah lama dikenal sebagai destinasi wedding party para turis domestik dan mancanegara. Bahkan banyak artis dan selebriti berkenal nasional atau internasional yang memilih Bali sebagai tempat melangsungkan pesta pernikahan.

Tak berlebihan jika disebut bahwa banyak pasangan yang bercita-cita menggelar wedding party di Bali. Karenanya hampir seluruh hotel di Bali memiliki paket lengkap pesta pernikahan indoor maupun outdoor.

Jika pun tak berkesempatan menggelar pesta pernikahan di Bali karena pertimbangan biaya dan tak bisa mengundang banyak kerabat di Bali, maka photoshooting prewedding, bisa menjadi pilihan.

Salah satu spot terfavorit untuk Photoshoot Prewedding di Bali adalah Taman Ujung. Identik dengan namanya, lokasi ini memang menjual keindahan taman lengkap dengan pernak-pernik taman seperti pohon-pohon rimbun hingga kolam luas dengan ikan koi yang berenang kian kemari.

Terdapat pula bangku-bangku taman, perahu kayuh, rumput luas untuk menggelar tikar dan merebahkan diri sejenak, jembatan di atas kolam, rumah khas seperti di negeri dongeng jaman kerajaan dan lain-lain. Di masanya dulu, taman ini memang merupakan taman kerajaan sungguhan.

Taman Ujung atau sering disebut sebagai Taman Sukasada ini berada di Banjar Ujung, Desa Tumbu kabupaten Karangasem, Bali Timur. Jaraknya bisa ditempuh sekitar 2-3 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kuta.

Waktu tempuh bisa lebih lama jika perjalanan dilakukan pada akhir pekan, lantaran jalanan biasanya akan lebih ramai dengan kendaraan para pelancong.

Taman Ujung BaliTaman Ujung Bali, memiliki banyak spot foto menawan. (Foto: Instagram/nilla_listya)

Karena dulunya adalah taman kerajaan sungguhan, maka sudah pasti sisa-sisa bangunan peninggalan kerajaan masih terlihat kasat mata. Taman Ujung Soekasada ini dibangun saat kejayaan Raja karangasem, bernama I Gusti Bagus Jelantik bergelar Agung Anglurah Ketut Karangasem.

Taman dibangun pada tahun 1901 dengan nama kolam Dirah, yang artinya kolam tempat pembuangan, bagi orang yang menguasai ilmu hitam.

Pada tahun 1909, Raja Karangasem memerintahkan ahli arsitektur Belanda dan Tiongkok, yakni Van Den Hentz dan Loto Ang, untuk mengembangkan kolam ini menjadi tempat peristirahatan Raja. Pembangunan tentu saja juga dibantu oleh arsitek Bali dari Kerajaan Karangasem.

Selain sebagai tempat peristirahatan, dibangun juga tempat untuk Raja Karangasem bersemedi dan tempat untuk menjamu tamu-tamu kerajaan. Pembangunan dari taman Ujung Soekasada, selesai pada tahun 1921.

Terdapat 3 kolam besar dalam satu tempat di taman ini. Tapi, letak kolam berada di titik terpisah. Satu kolam berada di bagian selatan dan dua kolam berada di bagian utara.

Di tengah kolam bagian selatan, terdapat sebuah bangunan yang berada di tengah kolam, nama dari bangunan ini adalah Bale Bengong. Bangunan dari Bale Bengong tidak menggunakan dinding.

Sementara untuk kolam yang berada di Utara, luasnya lebih besar dari pada kolam yang berada di selatan. Di tengah-tengahnya, terdapat jembatan yang digunakan untuk melintasi kolam.

Di tengah kolam yang dihubungkan oleh jembatan, terdapat bangunan yang dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan raja Karangasem.

Karena bagunan peristirahatan raja ini terlihat menggantung, maka masyarakat setempat menyebutnya dengan nama istana gantung.

Arsitektur dari istana peristirahatan raja Karangasem memiliki keunikan tersendiri, lantaran penggabungan dari arsitektur Eropa jaman pertengahan dan arsitektur Bali.

Ciri khas dari arsitektur Eropa dapat dilihat dari terdapatnya kaca warna-warni, yang terdapat di dinding bangunan peristirahatan raja, mirip seperti desain dari gereja yang ada di Eropa.

Dari jendela dalam kamar peristirahatan raja, anda dapat melihat kolam dengan bunga Tujung atau bunga Lotus yang berwarna putih dan merah.

Arsitektur dari taman Ujung Soekasada, saat ini tidak seperti aslinya. Hal ini dikarenakan terjadi berbagai peristiwa sejarah yang membuat beberapa titik bangunan dari taman Ujung Soekasada mengalami kerusakan.

Seperti pada peristiwa penjajahan Jepang di Bali, pagar-pagar besi konon dilepas dan digunakan untuk sejata berperang oleh masyarakat sekitar.

Kerusakan terparah terjadi pada tahun 1963, yakni saat Gunung Agung (gunung tertinggi di Bali) meletus. Semenjak saat itu, taman Ujung Soekasada, tidak mendapat perawatan.

Pada tahun 2000, puri Karangsem dan pemerintah kabupaten Karangasem melakukan perbaikan tanpa mengubah bentuk asli dari taman Ujung Soekasada Water Palace.

Tak cuma keindahan kolam dan tamannya, spot favorit baik untuk prewedding ataupun sekedar selfie atau wefie adalah tangga dari ujung taman di bawah menuju taman di atas. Tangga ini cukup tinggi dan membuat lelah saat mendaki.

Namun, rasa lelah menaiki tangga, bakal terbayar sesampainya di atas. Tepat di atas ujung tangga, pengunjung akan tiba di bangunan pilar tanpa atap.

Guratan-guratan masa lalu peninggalan kerajaan masih akan tampak pada pilar. Penampakan terlihat cukup terawat dan dibiarkan seperti aslinya.

Area pilar menjadi lokasi menarik untuk berfoto. Namun, karena bangunannya yang tidak terlalu luas, pengunjung harus sabar mengantri demi mendapat momen gambar tanpa terhalang pengunjung lain.

Jika bersabar, dan menunggu sampai lokasi agak sepi, pengunjung akan bisa menikmati pemandangan indah pantai di laut Bali Timur yang tak kalah indahnya dari pantai di pinggir laut Bali Selatan seperti Kuta, Legian atau Sanur.

Jika di arah tenggara pemandangan menyajikan keindahan bentang laut biru dan pantai Ujung. Di bagian timur arah timur, pengunjung akan dimanjakan dengan pesona dan keunikan dari arsitektur taman Ujung Soekasada. Selain itu di bagian timur atas, Anda akan melihat bukit hijau, bernama bukit Bisbis.

Selain digemari wisatawan dan menjadi spot foto prewedding favorit, taman juga cocok dikunjungi turis lokal yang datang berombongan dengan bus.

Biasanya, kelompok pelancong memilih lokasi ini untuk liburan keluarga karyawan-karyawan perusahaan, lokasi liburan bagi anak-anak sekolah hingga kegiatan berlibur ibu-ibu arisan dan kelompok komunitas lain.

Hal itu lantaran tiket masuk ke taman ini terbilang murah meriah, serta ketersediaan lahan yang luas bagi para pelancong yang ingin melakukan kegiatan dan aktivitas kelompok.

Tiket masuk untuk rombongan, dibandrol dengan harga Rp 15 ribu/orang dan tiket parkir mobil atau bus Rp 10 ribu. Sementara untuk kepentingan photoshoot preewedding, perizinan dan biaya bisa dinegosiasikan dengan pihak pengelola.

Suci, seorang wisatawan asal Jakarta mengatakan, ia dan karyawan lain di perusahaan tempatnya bekerja merasa puas dengan pemandangan yang terdapat di lokasi ini.

Menurutnya, Taman Ujung memiliki lebih banyak titik menarik daripada taman-taman kebanyakan yang ada di Bali.

"Dari kantor Jakarta ada tour ke Bali 4 hari. Sudah beberapa Kali ke Bali tapi baru kali ini ke Taman Ujung. Bagus pemandangan dan kalau bawa anak anak bisa juga sambil belajar sejarah jaman dulu ya," kata Suci, saat ditemui Tagar, Rabu, 13 Agustus 2019.

"Biasanya selain pantai kan taman ya buat piknik. Biasanya sih taman Bedugul tapi bosan ya bedugul lagi bedugul lagi, sekali kali agak jauh dikit tapi lebih keren pemandangannya." katanya.

Baca juga:

Berita terkait
Eksotisme Pantai Perawan Pulau Dolphin
Menelusuri Pantai Perawan di Pulau Dolphin, Kepulauan Seribu, Jakarta. Tempat terbaik menyambut mentari pagi.
Pantai Parangtritis Tempo Doeloe dan Kini
Bebatuan karang menggunung di tepian pesisir Pantai Parangtritis Yogyakarta, berpadu deretan bukit dan deburan ombak laut selatan.