Jakarta - Pengamat pasar modal, Siswa Rizali menilai, anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini merupakan akibat prilaku berlebihan (over reactive) para investor dalam menyikapi penyebaran wabah virus corona Covid-19 yang melanda Indonesia. Dalam catatannya, IHSG secara psikologis harusnya tidak terjun bebas seperti kondisi sekarang.
"IHSG ini sudah berlebihan anjloknya. China saja yang menjadi sumber Covid-19 hanya terkoreksi tujuh persen hingga delapan persen. Tetapi ini kok indeks saham di Indonesia bisa terkoreksi sampai 20 persen," ujar dia kepada Tagar di Jakarta, Rabu, 18 Maret 2020.
Hal ini menyebabkan beberapa saham unggulan di lantai bursa ikut terjungkal akibat spekulasi para investor. Meski dibayangi pelemahan IHSG, turunnya harga saham emiten-emiten unggulan dapat menjadi kesempatan tersendiri untuk mulai menambah koleksi protofolio.
Baca Juga: IHSG turun 5 Persen, Transaksi di Bursa Tutup
Emiten bisa mengkoleksi saham-saham emiten kecil (small cap).
"Saya melihat sudah murah dan sangat potensial untuk memberikan return double digit yang lebih dari 10 persen. Ini juga membuka peluang untuk mendapatkan deviden lebih dari tiga persen," tutur Siswa.
Berdasarkan pengamatannya, beberapa saham berkapitalisasi besar yang diproyeksi menghasilkan cuan cukup bagus antara lain ASII (Astra International Tbk.), INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk.), SMGR (Semen Indonesia Tbk.), dan PGAS (Perusahaan Gas Negara Tbk.).

Atau, apabila cenderung memilih membenamkan modal pada emiten berskala small cap (saham emiten kecil) bisa mengoleksi ASGR (Astra Graphia Tbk.), AUTO (Astra Otoparts Tbk.), POWR (Cikarang Listrindo Tbk.), BJBR (Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.), maupun BNGA (Bank CIMB Niaga Tbk.). "Makanya saya bilang buy Indonesia, buy more!" katanya.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan, Selasa, 17 Maret 2020, IHSG terpantau anjlok 4,99 persen atau 233,91 poin ke level 4.456,75 poin. Adapun, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 48,29 poin atau 6,6 persen menjadi 683,66 poin.
Simak Pula: IHSG Anjlok Lagi, Untung Tak Sampai 5 Persen
Penutupan IHSG diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp1,01 triliun. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 391.507 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 5,07 miliar lembar saham senilai Rp 7,03 triliun. Sebanyak 68 saham naik, 357 saham menurun, dan 91 saham tidak bergerak nilainya.[]