Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2025), dengan catatan yang kurang menggembirakan. Hanya selang dua menit setelah pembukaan, IHSG langsung terjun bebas 1,51% ke level 6.387,73. Meski berusaha memangkas koreksi, indeks ini masih terjebak di zona merah dengan penurunan lebih dari 1% selama 10 menit pertama perdagangan.
Hingga pukul 09.15 WIB, sebanyak 338 saham mengalami penurunan, sementara 114 saham menguat dan 148 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 1,98 triliun, melibatkan 1,79 miliar saham dalam 148.010 kali transaksi. Secara sektoral, saham bahan baku menjadi pemberat utama dengan penurunan 2,01%, diikuti sektor finansial yang merosot 1,65% dan sektor properti yang turun 1,77%.
Hanya dua sektor yang mampu bertahan di zona hijau, yaitu energi dan kesehatan, meski penguatan keduanya terbilang tipis, masing-masing 0,22% dan 0,01%. Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi pemberat utama IHSG dengan kontribusi -27,67 indeks poin, setelah turun 3,86% ke level 3.490. Saham bank jumbo lainnya, seperti Bank Mandiri (BMRI) yang turun 0,86% dan Bank Negara Indonesia (BBNI) yang turun 2,07%, juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan IHSG.
Pasar domestik masih dihantui sentimen negatif, terutama setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam MSCI dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Pelemahan ini dikaitkan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang melemah dan menurunnya profitabilitas sektor siklikal. Selain itu, MSCI akan melakukan cutoff perubahan bobot saham Indonesia dalam indeks globalnya, efektif 3 Maret 2025, dengan pengurangan bobot dari 2,2% menjadi 1,5%, yang diperkirakan memicu tekanan jual dari investor asing.
Aksi jual asing telah menjadi tekanan berat bagi IHSG. Dalam empat hari terakhir, investor asing mencatat net sell sebesar Rp3,47 triliun pada Senin, Rp1,6 triliun pada Selasa, Rp323,56 miliar pada Rabu, dan Rp1,88 triliun pada Kamis. Selain itu, kebijakan proteksionisme ekonomi yang semakin ditegaskan oleh Presiden AS Donald Trump, dengan pengumuman tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% yang akan berlaku pada 4 Maret, serta tambahan tarif 10% untuk China, menambah ketidakpastian di pasar global.