Jakarta – Di salah satu kota di Meksiko yang terkenal dengan kejahatan terorganisirnya, para migran yang tidak diterima di Amerika Serikat (AS) kini tinggal di kota itu untuk sementara. Kelelahan dari perjalanan, mereka kecewa karena tidak mendapatkan kesempatan untuk mencari suaka dan kini berada di persimpangan jalan, memikirkan ke mana mereka harus pergi selanjutnya.
Marisela Ramirez, yang dikembalikan ke Reynosa sekitar pukul 04.00 pagi Kamis, 25 Maret 2021, membawa putranya yang berusia 14 tahun dan meninggalkan lima anak lainnya –salah satunya baru berusia 8 bulan– di Guatemala karena dia tidak mampu membayar lebih banyak uang kepada para penyelundup.
Letak geografis Reynosa di perbatasan Amerika dan Meksiko (Foto: npr.org)
Sekarang, dia menghadapi pilihan menyakitkan lain, apakah dia harus mengirim putranya melintasi perbatasan sendirian untuk menetap dengan seorang saudarinya di negara bagian Missouri, Amerika karena dia sadar bahwa Amerika Serikat mengizinkan anak-anak yang datang tanpa pendamping untuk meminta suaka.
“Saya ingin sekali pergi, tetapi seorang ibu tidak ingin melihat anaknya dalam kondisi seperti ini,” katanya setelah tiba di Reynosa pada pukul 10 malam waktu setempat.
Keputusan tersebut terungkap di tengah apa yang dikatakan oleh para pejabat Patroli Perbatasan sebagai jumlah rata-rata kedatangan migran yang sangat tinggi dalam 30 hari terakhir, yakni 5.000 setiap hari.

Anak-anak yang datang sendirian diizinkan untuk tetap berada di AS untuk mencari suaka sementara orang dewasa lajang diusir ke Meksiko di bawah aturan era pandemi yang menghalangi mereka untuk mencari perlindungan kemanusiaan.
Keluarga dengan anak-anak di bawah 7 tahun diizinkan untuk tetap berada di AS untuk mencari suaka, menurut seorang pejabat Patroli Perbatasan yang berbicara kepada wartawan hari Jumat dengan syarat anonimitas. Hari Kamis, 25 Maret 2021, katanya dari 2.200 keluarga yang tiba, hanya 300 keluarga yang diminta kembali ke Meksiko (lt/jm)/voaindonesia.com. []