Badung - Industri pariwisata Bali di masa era normal baru (new normal) membutuhkan dukungan semua lini untuk membantu mempromosikan cara baru berwisata. "Semua stakeholder, masyarakat harus terlibat aktif dalam menumbuhkan kembali kepercayaan terhadap Bali sebagai destinasi wisata," kata Ikhwan Syah Nasution Ketua Jaringan Media Siber Indonesia ( JMSI ) Provinsi Bali kepada Tagar, Kamis 6 Agustus 2020.
Menurutnya, JMSI Bali sebagai organisasi tempat bernaung bagi perusahaan media online di Bali memiliki peran yang sangat strategis dalam membantu promosi wisata bali dan mengkampanyekan cara baru berwisata. Bali yang sangat pantas menjadi ibu kota pariwisata Indonesia saat ini tengah berjuang keras untuk bangkit.
Baca Juga: Kembali Buka, Bali Jadi Wisata Terbaik di Dunia
Untuk itu, selayaknya para pelaku pariwisata di Bali harus proaktif menyambut keputusan pemerintah Bali yang telah membuka diri. Pada 31 Juli 2020 yang lalu Bali mulai membuka pariwisatanya untuk turis domestik dan secara bertahap pada September akan menerima turis asing.
Keputusan Pemprov Bali, juga dukungan para tokoh, pemimpin adat dan pelaku pariwisata patut diapresiasi. Tentu keputusan tersebut melalui pertimbangan yang matang.
"Saya kira hotel, penginapan, kafe, taman wisata, pantai harus menyediakan tempat cuci tangan, pengukur suhu tubuh, ruang khusus isolasi, masker gratis sebagai upaya preventif meminimalisir penyebaran virus corona ini," tutur Ikhwan.
Menurut Ikhwan, yang juga penting adalah usaha untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat luar. Jika semua pihak disiplin dan berhasil dalam penerapan protokol kesehatan Covid 19, ia optimistis pariwisata Bali akan cepat pulih kembali. "Sekarang kita hidup dalam era baru, tatanan baru dalam interaksi kehidupan sosial masyarakat," katanya.

Setelah sebelumnya hampir lima bulan berlalu, pada Jumat 31 juli 2020, Pemprov Bali kembali membuka pintu bagi wisatawan domestik. Wujud apresiasi terhadap penumpang yang tiba melalui bandara I Gusti Ngurah Rai, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyambut dan mengalungkan bunga kepada para penumpang.
Tjokorda Oka mengatakan keputusan Pemprov Bali, juga dukungan para tokoh, pemimpin adat dan pelaku pariwisata patut diapresiasi. "Tentu keputusan tersebut melalui pertimbangan yang matang," ucapnya.
Ia menegaskan, Bali sangat terdampak pandemi virus Covid-19. Sebagai salah satu destinasi tujuan wisata dunia, Bali dan masyarakatnya sebagian besar menggantungkan ekonomi dari sektor wisata. Dengan kebijakan lockdown di hampir seluruh Eropa, Amerika, Asia dan Australia, hampir enam bulan turis tidak ada lagi berkunjung ke Bali.
Kerugian industri wisata di Bali ditaksir sekitar Rp.9, 7 triliun per bulan. Hal ini menjadi pukulan berat buat perekonomian Bali. Banyak hotel , restoran, kafe, homestay, guest house, agen perjalanan yang tutup sementara atau bahkan gulung tikar. Sekitar 76 ribu pekerja sektor pariwisata dirumahkan atau PHK karena dampak Covid 19.
Baca Juga: Wisata Bali Dibuka Terapkan Protokol Kesehatan Ketat
"Sekarang kita hidup dalam era baru, tatanan baru dalam interaksi kehidupan sosial masyarakat. Covid 19 ini sebuah keniscayaan yang harus dihadapi, kita tidak bisa menolak atau bahkan menganggap tidak ada," ucapnya. Untuk itu langkah langkah preventif harus dilakukan, seperti cuci tangan, pakai masker, jaga jarak. Semua pihak harus disiplin dalam penerapan protokol kesehatan. Terlebih Bali dijadikan sebagai salah satu pilot project penerapan SOP dan protokol kesehatan cleanliness, healty safety ( CHS) []