Jakarta - Warga Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau menyatakan keprihatinannya dengan keputusan pemerintah yang menjadikan Natuna sebagai tempat karantina dan observasi ratusan WNI yang baru datang dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Ratusan WNI itu akan menjalani observasi selama 14 hari untuk memastikan tidak terinfeksi virus novel coronavirus (2019-nCov) atau virus corona baru.
Kiki Firdaus, warga Rinai Kabupaten Natuna mengatakan warga khawatir karena Natuna tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai untuk menampung WNI yang akan dikarantina dan diobservasi setelah dievakuasi dari Wuhan. "Bukannya kami tidak mau menerima, kami sangat takut virus corona menyerang kami. Pulau Natuna sangat kecil. Jika coronavirus menyebar, semua akan selesai," katanya kepada Channnel News Asia, Senin, 3 Februari 2020.
Kiki menyatakan kekecewaannya karena pemerintah pusat tidak memberitahu warga sebelumnya jika Natuna dijadikan tempat karantina 238 WNI. "Tiba-tiba saja mereka menurunkan logistik di Natuna. Tentu saja kami merasa dikhianati," ucapnya.
Natuna hanya punya rumah sakit militer dan rumah sakit umum tempat saya bekerja.
Kiki dan ratusan warga Rinai melakukan aksi demo di gedung DPRD, pangkalan laut dan bandara sekal Sabtu lalu. Lebih dari 280 orang, termasuk awak pesawat Batik Air milik Lion Air dan personel lainnya yang dikarantina di Natuna setelah kembali dari Wuhan, Provinsi Hubei. Mereka tiba di Rinai, sebuah kota dengan penduduk sekitar 20.000 orang pada Minggu. Penduduk setempat langsung menentang langkah pemerintah untuk mengkarantika mereka selama 14 hari.
Ratusan warga meninggalkan Natuna setelah evakuasi WNI dari Wuhan, China ke daerah tersebut. (Foto/Antara/ Cherman)
Bidan Zakiah yang ikut melakuka aksi unjuk rasa mengatakan fasilitas medis masih terbatas di Natuna. "Setahu saya peralatannya terbatas. Natuna hanya punya rumah sakit militer dan rumah sakit umum tempat saya bekerja," ucapnya kepada Channel News Asia.
Bidan Zakiah yang tak mau disebut lengkap namanya menyebutkan, satu-satunya peralatan pelindung yang tersedia untuk petugas kesehatan adalah masker bedah. "Kami tidak punya bodysuits.... Kami takut jika orang yang terkontaminasi dan datang ke rumah sakit kami, apa yang harus kami lakukan?" Bidan Zakiah juga menyebutkan bahwa kota Rinai sering mengalami pemadaman listrik. Hal ini kurang ideal untuk karantina dan perawatan medis.
Jika lokasi karantina sedikit lebih jauh, mungkin saya bisa sedikit lebih tenang.
Sebelumnya Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan para pasien akan dikarantina di lokasi yang berjarak sekitar 5 -6 kilometer dari permukiman. Namun Senin pagi, warga melihat, mereka dikarantina di dekat bandara, jaraknya kurang dari 2 kilometer dari permukiman penduduk."Jika lokasi karantina sedikit lebih jauh, mungkin saya bisa sedikit lebih tenang. Saya punya anak perempuan berusia lima tahun," ungkap Bidang Zakiah.

Perencana keuangan, Erwin yang juga tak mau disebut lengkap namanya, berbagi keprihatinan yang sama. "Kami tidak berusaha mengusir mereka...... Saya ingin jaminan dari pemerintah pusat bahwa tidak akan ada kejadian sesuatu di Natuna," ucapnya.
"Para nitizen di media sosial menyatkaan bahwa penduduk Natuna tidak mau bekerja sama dengan pemerintah. Bukan itu. Kami hanya ingin kejelasan dan merasa aman dan nyaman," ucap peria berusia 30 tahun itu. []