Ini Kata Psikolog Terkait Ayah Menghamili Putrinya

Perilaku ayah kandung di Kabupaten Takalar yang tega menghamili putrinya menjadi sorotak publik. Ini kata psiokolog terkait kasus tersebut.
Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Basti Tetteng. (Foto: Tagar/ist)

Makassar - Perilaku seorang ayah menghamili putri kandung sendiri yang masih di bawah umur di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sul-Sel) menjadi sorotan publik. Bagaimana mungkin keluarga dekat hubungan darah melakukan tindakan seksual hingga bersetubuh

Ternyata peristiwa itu bukan kali pertama terjadi. Pengamat Psikologi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) Basti Tetteng mengungkapkan bahwa kejadian serupa sudah sering terjadi, bahkan frekuensi kasus semacam itu terus bertambah dari waktu ke waktu.

Dari kacamata psikologi, Basti membagi dua sebab orang tua meniduri anak kandungnya, maupun pasangan seks yang memiliki hubungan darah. Pertama adalah faktor eksternal dan kedua adalah faktor internal.

Kontrol diri lemah, akhirnya fungsi berpikir panjangnya tidak berjalan dengan baik, bahkan tidak bekerja.

Faktor eksternal seperti stimulus, keadaan dimana penyebab itu muncul karena godaan diluar kontrol pelaku, sementara faktor internal adalah pribadi pelaku yang memang lemah mengendalikan dirinya.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal lebih pada stimulus seks. Stimulus ini bisa muncul dari keseringan menonton film porno berupa gambar ataupun video. Hal ini menjadi faktor eksternal pertama yang bisa mempengaruhi tindakan menyimpang.

"Jadi faktor pertamanya itu faktor eksternal dulu. Kalau seseorang itu sering membuka atau mengakses konten porno, itu akan membuat rangsangan seksnya semakin tinggi," kata Basti, Rabu, 11 Desember 2019.

Stimulus kedua, adalah perilaku anak maupun anggota keluarga lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Misal bisa jadi faktor anak memiliki cara berpakaian yang terbuka.

"Mungkin montok yang bisa memunculkan rancangan seks seseorang, termasuk anggota keluarganya sendiri," jelas Basti.

Kalau kontrol diri lemah, ya pikiran akan rasa bersalah ataupun rasa malu tidak lagi berfungsi bahkan tidak bekerja.

Stimulus eksternal yang ketiga yakni perilaku di dalam rumah. Kebiasaan anak yang tidur di tempat yang sama dengan orang tua kadang menjadi sebab gairah seks itu muncul.

"Misalnya tidur dalam satu ruangan tertentu. Nah ini kan mempengaruhi stimulus seks. Kalau orang itu lemah imannya, maka ya sudah, perilaku seks menyimpang berpotensi terjadi," ungkap Basti.

Faktor Internal

Faktor internal berkaitan dengan pribadi dan kontrol diri. Basti mengatakan ada tiga yang paling memungkinkan memicu terjadinya tindakan seks yang menyimpang. Pertama adalah kontrol diri, kedua adalah pikir panjang yang lemah dan yang ketiga kehilangan fungsi rasa malu.

"Misalnya orangnya ataupun pelaku, memiliki kontrol diri terhadap rangsangan seksual yang lemah. Ada banyak faktor stimulus secara eksternal, tapi bisa jadi faktor kontrol diri terhadap rangsangan seksual itu lemah. Jadi karena kontrol diri terhadap rangsangan seksual lemah, melihat siapapun maka selalu memiliki hasrat seks," ulas Basti.

Lalu lanjut dia, ada keinginan karena kontrol diri itu lemah. Pada akhirnya membuat yang bersangkutan menjadi tertutup hingga tidak lagi berfungsi pemikiran panjangnya.

Anakmu sudah gadis, jangan sering dipeluk.

"Kontrol diri lemah, akhirnya fungsi berpikir panjangnya tidak berjalan dengan baik, bahkan tidak bekerja. Pikiran panjang yang tidak berfungsi karena ditutupi oleh kontrol diri yang lemah," ungkapnya.

Akibat kontrol diri yang lemah itu, kata Basti juga menyebabkan tidak berfungsinya rasa malu ataupun rasa bersalah yang tidak muncul.

"Kalau kontrol diri lemah, ya pikiran akan rasa bersalah ataupun rasa malu tidak lagi berfungsi bahkan tidak bekerja. Jadi rasa malu semestinya bekerja. Istilah Bugis-Makassar siri'nya tidak bekerja. Karena kontrol diri lemah," ungkapnya.

Dia melanjutkan, memang kehiduoan dalam rumah sekarang dengan banyaknya peristiwa itu maka ayah ataupun orang terdekat tidak boleh kita percayai seratus persen. Atas peristiwa-peristiwa seperti itu, dia berharap untuk saling mewaspadai sesama orang terdekat, terutama ayah bisa saja melakukan hal seperti itu.

"Jadi orang tua patut juga diwaspadai, dalam tanda petik ya. Artinya istri ataupun orang terdekat yang lain harus ambil peran. Mereka harus saling memikirkan bahwa tindakan-tindakan perilaku seksual menyimpang itu bisa dilakukan oleh orang terdekat. Bagaimana caranya memikirkan itu? Terhadap anak kandung pun harus ada kontrol, jangan sering tidur sama-sama," terangnya.

"Anakmu sudah gadis, jangan sering dipeluk, kontrol pengawasan dari semua pihak di rumah, istri. Memang kasus seperti itu banyak terjadi karena kontrol diri atas seks yang lemah. Kedua stimulus seks yang begitu kuat," demikian Basti. []

Baca juga:

Berita terkait
Kronologi Ayah Tiduri Putri Kandung di Takalar
Ayah kandung yang menghamili purinya di Takalar ternyata pertama kali meniduri anaknya sendiri sejak anaknya SMP
Mengelak, Sperma Kakek Cabul di Takalar Diperiksa
Pelaku pemerkosaan bocah di Takalar tidak mengakui perbuatannya sehingga polisi memeriksa tetesan spermanya.
Ayah Hamili Putrinya di Takalar Terancam 15 Tahun
Ayah di Takalar yang tega menghamili putri kandungnya terancam 15 tahun penjara.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.