Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyebut sektor komunikasi dan informasi akan mengalami pertumbuhan dari segi ekonomi selama era adaptasi kebiasaan baru (new normal) pandemi Covid-19.
Menurut dia lonjakan di sektor komunikasi dan informasi karena maraknya pemanfaatan digital baik untuk aktivitas bekerja, kuliah, seminar, hingga kegiatan belajar mengajar.
"Sektor yang mengalami peningkatan sudah tentu sektor komunikasi dan informasi. Adanya kebijakan kerja, sekolah, dan kuliah dari rumah pada akhirnya mendorong trafik internet dan ini kemudian mendorong keuntungan sektor informasi dan komunikasi," ujar Yusuf kepada Tagar, Minggu, 19 Juli 2020.

Bahkan, kata dia pertumbuhan ekonomi sektor komunikasi dan informasi sudah terasa sejak awal penerapan kebijakan work from home (WFH) pada Maret 2020. Sehingga, secara tahunan atau year-on-year (yoy) sektor komunikasi dan informasi tumbuh melampaui sektor manufaktur.
"Di saat yang bersamaan sektor ini tumbuh 9,81 persen (yoy), padahal beberapa sektor unggulan seperti sektor manufaktur hanya tumbuh 2,06 persen," ucapnya.
Apalagi, jika tren WFH berlanjut setelah pandemi Covid-19 berakhir, Yusuf optimistis sektor komunikasi dan informasi menjadi sektor dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di era adaptasi kebiasaan baru.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menargetkan sekitar 50 juta penduduk Indonesia terpapar literasi digital. Program tersebut diperuntukan untuk aparatur sipil negara (ASN) maupun masyarakat umum yang diprediksi akan berlangsung hingga 2024.
Rencana tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan melalui webinar, Jumat, 17 Juli 2020.
"Tanpa dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, Indonesia tidak akan bisa bertransformasi dengan baik, sebab peluang transformasi digital akan diisi tenaga kerja dari luar negeri," ujar Semuel.
Namun, Semuel mengaku mengalami sedikit kendala dalam menjalankan serangkaian program literasi digital. Hal tersebut lantaran penerapan sejumlah kebijakan dan pembatasan sosial selama masa pandemi Covid-19. []