Sleman - Rencana pembangunan jalan tol Jogja - Bawen membuat sejumlah warga yang terdampak harus memikirkan tanah pengganti untuk memulai kehidupannya kembali. Namun, sejumlah warga Sanggarahan, Kelurahan Tirtoadi, Mlati ini mengaku akan memanfaatkan lahan sawahnya yang masih satu desa untuk ditinggali.
Hal itu diungkapkan oleh Suryana 63 tahun warga Sanggrahan, Tirtoadi sesuai memberikan tanda tangan persetujuan tanah untuk pembangunan tol. Ide itu berasal dari sejumlah warga lainnya yang juga mempunyai kesamaan pindah ke lokasi yang jauh. "Warga yang terdampak tol ini, karena ada yang punya lahan sawah mau pindah ke situ. Jadi tetep kumpul," ungkapnya saat ditemui, 29 September 2020.
Langkah itu diambil, lantaran sebagian warga yang mempunyai sawah masih ingin berkumpul lagi dan tidak pisah. Selain itu, warga enggan untuk memulai kembali adaptasi di tempat baru. "Masih kumpul gitu lo. Soalnya adaptasi itu repotnya kalau seandainya pindah. Kan masih ada kaitannya seperti organisasi kan nanti repot karena pindah-pindah kesana," jelasnya.
Baca Juga:
Suryana mengaku memiliki lahan seluas 399 meter persegi yang berisi rumah dan lahan pekarangan. Meskipun sudah memiliki opsi untuk menempati lahan sawah miliknya, namun ia bingung dengan akses jalan.

"Ada yang punya sawah, mbok pemerintah itu memberi jalur atau jalan gitu. Khususnya Sanggrahan itu kan banyak yang kena. Kendalanya kalau (pindah tinggal di sawah) belum ada jalannya," tandasnya.
Jika memang penggunaan lahan sawah yang dialihfungsikannya sebagai tempat tinggal tidak diperbolehkan, Suryana meminta agar pemerintah bisa membantu mencarikan solusi.
"Ya kalau tidak boleh, solusi dari pemerintah bagaimana. Kita sudah punya ide untuk memanfaatkan sawah, tapi kalau tidak boleh ya harus ada solusinya. Bagaimana agar kita tidak pisah dan masih bisa bareng-bareng," terangnya.
Baca Juga:
Sedangkan Hermanto, 44 tahun, warga Sanggrahan lainnya mengaku tidak bisa berbuat banyak jika rumahnya termasuk yang terdampak. Untuk rencana pindah, ia mengaku masih memiliki tanah di Sleman yang akan kembali dibangun untuk tempat tinggalnya. "Mau tidak mau ya gimana, karena sudah program nasional. Kalau untuk pindahnya saya ada tanah, masih di Sleman juga," imbuhnya.
Meskipun tidak bisa menolak, Hermanto meminta agar harga ganti untung yang akan dibayarkan sesuai dengan pengorbanan yang diikhlaskan oleh masyarakat terdampak. "Ya tentunya ada hal yang tidak bisa dinilai seperti adaptasi baru kita seperti apa, belum lagi persoalan psikis anak-anak yang harus di sekolah baru dan temen baru. Tentu ganti untungnya harus besar," tuturnya. []