Kwarnas Pramuka Respons Insiden SMPN 1 Turi Sleman

Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka menanggapi insiden hilangnya 10 nyawa murid SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta.
Ilustrasi kegiatan pramuka. (foto: Twitter/@hendralm).

Jakarta - Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka menanggapi insiden hilangnya 10 nyawa murid Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, saat melakukan kegiatan susur sungai.

Wakil Ketua Kwarnas sekaligus Ketua Komisi Bidang Humas dan Informatika Berthold Sinaulan menduga kegiatan tersebut merupakan model aktualisasi siswa di sekolah.

"Tampaknya ini bagian dari kegiatan model atau sistem aktualisasi siswa sekolah, bukan model atau sistem reguler, di mana pesertanya memang benar-benar anggota Gerakan Pramuka yang tergabung dalam Gugus Depan," ujar Berthold kepada Tagar, Senin, 24 Februari 2020.

Baca juga: Sultan: Kepsek SMPN 1 Turi Sleman Bisa Kena Pidana

Yang lebih tepat menjawab adalah kakak-kakak yang turun langsung menangani hal itu atau bisa lihat di BAP (Berita Acara Pemeriksaan) kepolisian.

Dia menjelaskan ada tiga sistem model pembelajaran dalam kegiatan Pramuka yang dilakukan pelajar. Ketiga model yang dimaksud, yaitu sistem blok, sistem aktualisasi, dan sistem reguler.

Sistem blok merupakan metode pembelajaran yang dilakukan ke siswa baru untuk mengenal Pramuka. Sedangkan sistem aktualisasi adalah pola kegiatan ekstrakurikuler seminggu sekali dalam bentuk penerapan sikap, dan keterampilan siswa yang biasanya dilakukan di sekolah.

Berthold SinaulanWakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Bidang Humas dan Informatika Berthold Sinaulan mengenakan seragam Pramuka di Merlion Park, Singapura, Sabtu (21/12/2019). (foto: @bertholdsinaulan).

"Pada sistem aktualisasi ini yang beberapa keliru dalam pelaksanaannya. Kegiatan di alam terbuka sering diterjemahkan harus bertualang, seperti susur sungai, naik tebing, berkemah di hutan rimba dan sejenisnya. Sementara siswa belum dibekali keterampilan tentang hal itu, bahkan gurunya pun belum paham," ucap dia.

Dia melanjutkan, setelah siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau sistem aktualisasi, kemudian tertarik menjadi anggota Pramuka, barulah masuk Gugus Depan Pramuka yang berpangkalan di sekolah.

"Ini yang disebut model reguler, kegiatannya benar-benar seperti kegiatan kepramukaan sesungguhnya. Menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum, dan Syarat Kecakapan Khusus, agar bisa naik tingkat sesuai golongannya, bahkan sampai ke luar bertualang di alam terbuka," kata dia.

Berthold mengatakan di dalam sistem reguler, tanggung jawab sepenuhnya ada pada pembina Pramuka. Sedangkan di dalam sistem blok, dan aktualisasi, pembina Pramuka hanya membantu mengarahkan guru-guru supaya pelaksanaannya berjalan mengikuti prinsip dasar pendidikan kepramukaan.

Menurutnya, insiden di SMPN 1 Turi Sleman, seharusnya tidak terjadi apabila dilaksanakan dengan memenuhi aturan keselamatan. Dia pun menyerahkan sepenuhnya insiden itu kepada pihak yang berwenang.

Baca juga: Pendampingan Psikologis Korban SMPN 1 Turi Sleman

"Yang lebih tepat menjawab adalah kakak-kakak yang turun langsung menangani hal itu atau bisa lihat di BAP (Berita Acara Pemeriksaan) kepolisian," tutur dia.

Sebelumnya, 10 pelajar SMPN 1 Turi, Sleman, Yogyakarta, meninggal dunia ketika melakukan kegiatan Pramuka berupa susur sungai Sempor pada Jumat 21, Februari 2020. Kegiatan itu diikuti ratusan pelajar yang berasal dari kelas 7 dan 8.

Tercatat, 10 korban yang tewas dalam insiden tersebut bernama Sovie Aulia, Arisma Rahmawati, Nur Azizah, Latifa Zulfa, Khoirunisa, Evita Putri L, Fanesha Dida, Nadine Fadila Khasanah, Yasinta Bunga, Zahra Imelda.

Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) pun telah menetapkan satu orang tersangka berinisial IYA, yang merupakan pembina Pramuka di sekolah itu.

Kepala Bidang Humas Polda DIY Komisaris Besar Polisi Yuliyanto mengatakan IYA berperan penting dalam insiden maut tersebut. 

“Dia yang menentukan tempat susur sungai, dia yang menginisiasi itu. Peran di dalam pembina itu dia yang dominan,” katanya.

Yuliyanto mengungkapkan IYA hanya mengantarkan para siswa sampai ke sungai. Setelah itu dia meninggalkan para siswa dengan dalih memiliki urusan lain. “Pada saat anak-anak hanyut dia juga kembali lagi ke lokasi dan sempat bantu menolong,” tuturnya.

Menurut dia pemeriksaan saksi-saksi hingga kini masih terus berlanjut. Setidaknya sudah ada 19 orang saksi yang dimintai keterangan. Polisi tak menutup kemungkinan bakal ada tersangka baru dalam kasus yang menewaskan murid SMPN 1 Turi Sleman. []

Berita terkait
Pasir Terselip di Baju Pramuka SMPN 1 Turi Sleman
Nisa meninggal dalam musibah susur sungai SMPN 1 Turi. Ayahnya sangat sedih menemukan butiran pasir sungai saat mencuci baju Pramuka anaknya.
Polisi Tangkap Playboy Penakluk ABG di Sleman
Playboy yang masih 17 tahun ditangkap polisi setelah menghamili ABG. Ayah si ABG tidak terima lalu melaporkan ke Polisi Godean.
Ayah di Sleman Laporkan Remaja Menghamili Anaknya
Ayah di Sleman tidak terima anaknya yang masihh di bawah umur dihamili pacarnya yang juga masih di bawah umur.