Jakarta – Politisi Partai NasDem Irma Suryani Chaniago mengatakan bahwa semua partai politik mempunyai buzzer, munurutnya perilaku politik selalu menggunakan sosialisasi, agitasi, dan propaganda baik untuk pencitraan, maupun yang membunuh lawan politik.
“Dalam partai politik itu hal yang normal, sekarang tinggal kita yang menanggapi hal-hal yang seperti itu,” ujar Irma Suryani dalam wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Senin, 13 September 2021.
Ia juga mengatakan buzzer terdiri dari dua posisi. Yang pertama dia adalah kader dari politik yang fanatik, yang kedua, memang orang profesional yang dibayar.
Kemudian ada juga dari sekelompok orang yang tidak suka dengan pemerintah, lalu mereka membayar seseorang untuk selalu memberikan nilai-nilai negatif kepada pemerintah.
Politik itu ada dua hal politik praktis dan politik etis kapan kita menggunakan politik praktis dan kapan kita menggunakan politik etis jadi politisi itu harus tahu dua hal itu.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menilai bahwa buzzer merupakan perusak demokrasi dan pemecah belah bangsa Indonesia.
Ungkapan AHY tersebut, lantas di respons Irma Suryani yang mengatakan bahwa AHY melempar batu sembunyi tangan. Partai Demokrat pernah jadi penguasa dan seharusnya memahami tentang buzzer.
- Baca Juga: Politisi NasDem Kritik Gubernur Sumbar Soal Mobil Dinas Baru
- Baca Juga: NasDem: Masih 3 Tahun Lagi, Tak Perlu Diundur Plipres 2024
Ia juga membenarkan bahwa AHY juga menggunakan buzzer dengan kader-kadernya yang fanatik dan selalu melakukan penyerangan kepada pemerintah. Para kader-kader Partai Demokrat juga selalu memberikan nilai negatif kepada pemerintah dan mengkritisi tidak dengan data yang valid.
Menurutnya, seluruh partai politik di Indonesia maupun dunia menggunakan buzzer. Jadi, tidak usah seolah-olah menuduh satu pihak mempunyai buzzer. Partai Nasdem selalu mengabaikan para buzzer selama tidak difitnah keterlaluan, tanpa data bukti yang valid, dan membunuh karakter partai.
“Politik itu ada dua hal, politik praktis dan politik etis. Kapan kita menggunakan politik praktis dan kapan kita menggunakan politik etis jadi, politisi itu harus tahu dua hal itu,” ujar Irma Suryani.
- Baca Juga: NasDem: Pengecatan Pesawat Tak Ada Kaitannya dengan Covid-19
- Baca Juga: Irma Chaniago: Corona Merajalela, Haruskah Jakarta Lockdown?
Ia selalu menyampaikan kepada para kader dari Parti NasDem, bahwa politik praktis tidak boleh digunakan di internal hanya boleh digunakan di eksternal.
Di internal harus menggunakan politik etis jadi, tidak saling berbenturan satu dengan yang lain. Ketika menggunakan politik etis di eksternal, harus mengkritisi seseorang yang membangun. Menggunakan data yang valid dan harus menyampaikan saran yang benar.
(Syva Tri Ananda)