Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X memberikan penjelasannya mengenai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang mulai berlaku 9-23 Februari 2021. Penjelasannya dalam tema Sapa Aruh Sri Sultan HB X Jaga Warga, Membangun Ketahanan Warga dari RT/Dusun ini digelar di Bangsal Kepatihan, Selasa, 9 Februari 2021.
Raja Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, jika dulu Orang Jawa mengandalkan Jangka Jayabaya untuk menerawang masa depan, di zaman ini tergeser perannya oleh para futuris Barat. Salah satu pakarnya berasumsi, jalan terbaik untuk meraih masa depan adalah melangkahkan kaki sejak hari ini sebagai pandoming laku.
Baca Juga:
Demikian juga, penanganan terhadap pandemi Covid-19. Hampir setahun warga terganggu oleh penularannya, tapi dalam kenyataan sehari-hari warga belum disiplin mematuhi aturannya. Meski sudah dimulai vaksinasi massal untuk meningkatkan kekebalan tubuh, tidak berarti boleh abai-aturan. "Untuk itu, saya mengingatkan kembali sekaligus mengajak meningkatkan protokol kesehatan," ungkap Sri Sultan HB X.
Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, mengungkapkan, untuk membangun keluarga-tangguh pandemi, agar tidak menjadi sumber penularan atau tertular orang lain, tidak cukup hanya patuh protokol.

Pihaknya juga mengajak seluruh otoritas terkait mendayagunakan seluruh sumberdaya yakni rekrutmen tambahan tenaga kesehatan, pemanfaatan sumber dana, sarana pendukung untuk isolasi mandiri dengan alih fungsi hotel, pendekatan yang tepat tuju serta penggunaan teknologi tepat guna dan berbiaya murah, seperti GeNose C19 temuan UGM.
Saya mengandalkan pada ketangguhan RT/Dusun sebagai basis ketahanan sosial.
Lalu bagaimana agar masyarakat lebih mematuhi Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM)? "Saya mengandalkan pada ketangguhan RT/Dusun sebagai basis ketahanan sosial. Sebagai satuan komunitas sosial terkecil akan lebih sederhana dan relatif mudah dalam pelaksanaannya," kata Ngarsa Dalem.
Sultan HB X menganggap komunitasnya masih berpegang pada kearifan lokal sebagai dasar tindakan. Maka, perlu menghidupkan terus tenggang rasa antartetangga dengan kemauan siap berbagi atas dasar peduli-lindungi. Sapa-Aruh dengan saling menyapa atas kondisi kesehatan dan keselamatan tetangga untuk meningkatkan kesiap-siagaan warga. Guyub-Rukun, dengan mengedepankan semangat gotong-royong dalam menghadapi Covid-19 serta berbagai dampaknya.
Baca Juga:
Kearifan lokal tersebut sangat penting, mengingat kondisi pandemi Covid-19 kian meluas. "Setiap warga perlu memberdayakan diri dengan sistem kelompok Jaga-Warga, agar terbangun RT/Dusun Siaga-Tangguh melalui kesepakatan bersama. Diperlukan kesigapan setiap warga dengan penanganan yang cepat dan tepat untuk memutus rantai penularan Covid-19 dan mencegah jatuhnya korban," papar Ngarsa Dalem.
Sultan HB X mengingatkan, pakai masker bukan karena takut didenda, jaga jarak bukan karena menghindari teguran, dan sering cuci tangan bukan karena disuruh, tapi supaya jangan tertular. "Berdiam di rumah bagaikan Madrasah, tempat kita belajar hidup dan berkreasi untuk menimba kehidupan yang lebih baik dalam situasi berbeda, keadaan baru dengan segala kesahajaannya," ungkapnya. []