Isu Corona, Empon-empon di Yogyakarta Laris Manis

Pasar Beringharjo di Yogyakarta diserbu pembeli temulawak, jahe, serai, kunyit, dan jahe merah. Orang-orang ini tak ingin tertular virus corona.
Bertin, 34 tahun, pembeli rempah-rempah di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, membeli empon-empon akibat isu virus corona. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Tetesan hujan membasahi aspal di sebelah selatan Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu siang, 4 Maret 2020. Beberapa pengguna jalan menepi dan berteduh, sementara yang berbalut jas hujan terus melaju.

Di dalam pasar, hanya berbatas pagar besi dari jalanan, belasan orang berkerumun, tepat di sudut lods penjualan rempah-rempah dan bahan jamu. Aroma bahan-bahan jamu merangsek ke dalam indra penciuman.

Belasan pembeli berdesakan, memilih rempah-rempah yang diinginkan, lalu memasukkan ke dalam plastik yang disiapkan oleh pemilik lods.

Jemari para pembeli lincah memilih dan memilah, sementara jari si penjual tak kalah gesit menimbang lalu mengikat plastik berisi bahan-bahan jamu, yang disebut empon-empon.

Di sudut utara lods milik Rika, 43 tahun, itu beberapa pewarta foto asyik mencari sudut pengambilan gambar. Sambil mengintip dari viewfinder atau jendela bidik kamera masing-masing, telunjuknya menekan tombol shutter.

Para pembeli dan penjual di situ seolah tak peduli. Mereka tetap melakukan aktivitas, memilih dan memilah empon-empon yang diyakini mampu menangkal penularan virus corona atau COVID-19.

Iya, karena isu virus corona. Biasanya enggak pernah beli.

Pasar BeringharjoPembeli empon-empon antre di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, 4 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Saat pembeli satu selesai memilih dan membayar, pembeli lain datang. Selama lebih dari satu jam, lods itu tidak pernah kosong oleh pembeli. Kata Rika, barang jualannya ramai diserbu pembeli sejak Selasa, 3 Maret 2020. Ia menduga itu disebabkan pemberitaan tentang empon-empon dan COVID-19.

"Dari kemarin ramai, padahal stoknya kan enggak banyak. Stoknya dari Kulon Progo ada, Magelang dan Muntilan ada, dari Wonosari juga ada," tutur Rika di sela kegiatan melayani pembeli.

Harga Rempah Melambung

Banyaknya permintaan dari pembeli membuat persediaan beberapa jenis rempah cepat habis, sehingga dirinya harus meminta tambahan stok pada penyuplai.

Jumlah pembeli hari itu, menurutnya meningkat hingga empat kali lipat dari jumlah pembeli pada hari-hari lain. Rika mengaku tidak pernah mengalami peningkatan pembeli seperti saat ini. Bahkan saat menjelang hari raya Idul Fitri pun tidak seramai ini.

Biasanya, kata Rika, pembelinya hanya orang-orang tertentu, misalnya penjual jamu atau penjual bahan rempah di pasar-pasar kecil di sekitar Yogyakarta.

"Biasanya kalau sehari-hari ada yang kulakan, bakul jamu dan untuk dijual di pasar-pasar kecil. Lebaran aja pembelinya enggak sebanyak ini kok. Baru kali ini," tuturnya.

Hal itu juga mengakibatkan harga rempah meningkat, bahkan untuk beberapa jenis meningkat drastis.

Pasar BeringharjoRika, 43 tahun, penjual rempah-rempah di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, melayani pembeli, Rabu, 4 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

"Pengaruh ke harga, soalnya kan kosong, terus sini kan mintanya mendadak, terus dari sananya sudah dinaikkan sedikit. Harganya naik enggak sampai dua kali lipat, ada yang dua kali lipat," tutur Rika, pemilik warung rempah-rempah Bu Eko ini.

Rika merinci peningkatan harga beberapa jenis rempah. Menurutnya, rempah yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah temulawak. Sehari sebelumnya harga temulawak hanya berkisar Rp 5 ribu per kilogram, tapi hari itu dijual hingga Rp 20 ribu per kilogram.

Sementara, harga jahe merah meningkat dari Rp 55 ribu per kilogram menjadi Rp 60 ribu per kilogram. Jahe biasa dari Rp 45 ribu per kilogram menjadi Rp 50 ribu per kilogram, dan serai dari Rp 10 ribu per kilogram menjadi Rp 15 ribu per kilogram.

"Paling laris temulawak, jahe, serai, kunyit, dan jahe merah," ujar Rika.

Meski menjual beragam jenis rempah dan bahan jamu, Rika mengaku tidak tahu persis khasiat bahan-bahan yang dijualnya. Yang ia tahu hanya bahan-bahan itu bisa meningkatkan daya tahan tubuh.

"Saya kurang tahu, cuma katanya untuk daya tahan tubuh, peredaran darah lancar," ucapnya.

Pasar BeringharjoPembeli empon-empon antre di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, 4 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Membeli Karena Isu Virus Corona

Senada dengan Rika, seorang wanita pembeli rempah-rempah di tempat itu, Bertin, 32 tahun, juga mengaku tidak mengetahui khasiat masing-masing jenis rempah yang dibelinya.

"Kalau khasiat masing-masing item enggak ngerti. Yang ngerti cuma temulawak," kata dia.

Bertin mengaku sebelumnya dia tidak pernah membeli empon-empon. Tapi, sejak pemberitaan tentang empon-empon yang bisa menangkal penularan COVID-19, dia pun memilih untuk mengkonsumsinya.

"Iya, karena isu virus corona. Biasanya enggak pernah beli," kata dia tanpa membuka masker wajah dan helmnya.

Bertin mulai membeli empon-empon pada Selasa sore, 3 Maret 2020. Empon-empon yang dibelinya, diperkirakan akan habis dalam waktu sepekan. Setelah itu habis, ia akan kembali ke pasar untuk membeli lagi. Tapi, hari ini ia kembali membeli karena titipan dari seorang tetangga.

Hari itu Bertin membeli empat jenis rempah, yaitu kunyit, serai, jahe, dan temulawak. Kata dia, bahan-bahan itu masih kurang, karena dia belum membeli kayu manis. Dia mengeluarkan uang sebesar Rp 48 ribu untuk membeli keempat jenis rempah.

Mengenai harga empon-empon, Bertin membenarkan ada kenaikan harga yang cukup tinggi. Sehari sebelumnya dia membeli seikat serai seharga Rp 8 ribu, tapi hari ini harganya sudah naik menjadi Rp 20 ribu.

Pasar BeringharjoPoniman, 47 tahun, pelanggan rempah-rempah di Pasar Beringharjo, berprofesi sebagai penjual rempah eceran, mengeluhkan kenaikan harga empon-empon, Rabu, 4 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

"Kurang kayu manis sih sebenarnya. Tadi kayaknya kayu manisnya kurang bagus. Kemarin sudah beli sebenarnya. Ini titipan tetangga. Kan aku jualan di sini, terus dia nitip minta dibeliin," tuturnya.

Walaupun Bertin mengaku tidak mengetahui khasiat masing-masing item rempah yang dibelinya, tapi dia yakin empon-empon itu mampu menangkal penularan COVID-19. Keyakinannya itu berdasarkan kiriman atau postingan di media sosial dan pemberitaan.

Tentang cara penyajian, kata Bertin, nantinya semua bahan dicuci kemudian ditumbuk, dimasukkan dalam kendi, direbus bersamaan.

"Ini nanti semuanya dicuci, digeprek terus dimasukkan ke kendi. Aku kan punya kendi di rumah. Biasanya suka buat ngerebus air daun sirsak. Nah setelah itu diminum saja. Misalnya enam gelas jadi tiga gelas. Biasanya cuma jahe dan ini saja, kayu manis, tapi belum pernah sekomplet ini, lima item. Kalau kayu manis sih sering karena ibu aku kan diabetes," tuturnya.

Selain mengkonsumsi empon-empon, Bertin juga melakukan upaya antisipasi lain untuk mencegah tertular COVID-19, yakni mengenakan masker. "Antisipasi aja sih sebenarnya. Aku sebenarnya biasa minum vitamin gitu, tapi kan disuruh minum ini, ya udah. Kalau antisipasi lain paling pakai masker," ucap Bertin.

Pasar BeringharjoLods 1 Pasar Beringharjo, Yogyakarta, tempat penjualan empon-empon, Rabu, 4 Maret 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Keluhan Pelanggan

Kenaikan harga empon-empon yang cukup tinggi dikeluhkan seorang penjual rempah eceran, Poniman, 47 tahun. Poniman mengaku setiap dua pekan sekali membeli empon-empon dan rempah lain.

Tapi, hari itu Poniman mengaku kaget dengan harga empon-empon yang melonjak. Isu tentang virus corona baru disebutnya sangat mempengaruhi pembeliannya dan pelanggannya di kampung.

"Isu virus corona berpengaruh sekali untuk pembelian saya, karena biasanya harganya murah jadi naik sekali. Berat untuk pelanggan. Hampir dua minggu sekali saya beli rempah-rempah di sini. Tapi hari ini harganya sudah tidak wajar. Temulawak biasanya Rp 6.500 sampai Rp 7.500, sekarang sudah Rp 18 ribu. Naiknya kan luar biasa," tuturnya.

Solusi untuk mengatasi kenaikan harga yang cukup tinggi tersebut adalah dengan mengurangi pembelian. Apalagi, ia tidak yakin seluruh pelanggannya bersedia membeli dengan harga tinggi.

"Jumlahnya jadi lebih sedikit. Tidak semua pelanggan mau, karena sebagian cuma untuk mandi, tapi sekarang kan diminum. Jadi kalau untuk yang mengecer kan jadinya berat," ujar Poniman.

Poniman mengaku tidak terlalu khawatir dengan penularan COVID-19, karena ia meyakini penularan penyakit sangat bergantung pada keyakinan diri sendiri. Jika diri sendiri yakin tidak akan tertular, maka penyakit tidak akan menyerang orang itu.

"Sebenarnya untuk mencegah penularan itu bukan hanya rempah-rempah. Termasuk diri kita. Pertama keyakinan. Kalau kita yakin tidak akan tertular, sebenarnya penyakit tidak ada yang akan menular." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Selain Cegah Corona, Ini Manfaat Jahe Merah
Jahe merah dipercaya mampu mencegah virus Corona. Berikut manfaat jahe merah untuk kesehatan.
Dosen Unair Sebut Rempah-Rempah Bisa Cegah Corona
Guru besar Unair Surabaya untuk menangkal virus corona perlu imunitas cukup baik. Untuk meningkatkan imunitas bisa konsumsi rempah-rempah.
Simpan Nomor WhatsApp Ini Agar Tahu Update Corona
Bagi masyarakat Indonesia yang ingin mengetahui perihal perkembangan kasus virus corona bisa melalui nomor WhatsApp yang disediakan Unicef.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.