Jakarta - Akibat virus Corona atau Covid-19 telah merebak di sejumlah negara, membuat sejumlah isu di dunia tenggelam atau tak terdengar kabarnya. Padahal beberapa peristiwa tersebut bisa dibilang tidak kalah penting untuk diketahui masyarakat.
Sejauh ini, virus Covid-19 masih menjadi perbincangan di sejumlah negara karena korbannya semakin bertambah. Dengan begitu, sejumlah kasus di dunia tersebut kian luput dari pantauan, yang seharusnya patut mendapatkan perhatian dari banyak orang.
Berikut Tagar rangkumkan isu-isu di dunia yang tenggelam akibat mewabahnya virus Corona atau Covid-19.
1. Gejolak Politik di Malaysia
Gejolak politik di Malaysia semakin memanas lantaran Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah melantik Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru.
Muhyiddin diangkat menjadi Perdana Menteri Malaysia yang sebelumnya diisi oleh Mahathir Mohamad sebelum mengundurkan diri dari kursi tersebut.
Pada awalnya, Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah menolak untuk bertemu dengan Mahathir Mohamad.
Menurut Mahathir, dirinya dikhianati oleh Muhyiddin Yassin yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru.
Mahathir Mohamad menyatakan menolak penunjukkan PM Malaysia tersebut lantaran dirinya mendapatkan lebih banyak dukungan dibandingkan Muhyiddin. Anggota dewan satu persatu menyambangi Raja Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah pada akhir Februari.
Selain itu, Mahathir mengaku ada 114 anggota dewan yang mendukungnya kembali menjadi PM Malaysia. Mahathir yang dikutip dari media Malaysia mengatakan jika raja menolak permintaannya bertemu untuk menunjukkan laporan dukungan tersebut.
2. Amerika Serikat (AS) Luncurkan Serangan Udara ke Taliban
Ilustrasi serangan udara AS ke Taliban. (Foto: aaj.tv/Representational image)
AS kembali meluncurkan serangan udara ke Taliban, walaupun sebelumnya mereka telah memutuskan untuk berdamai. Serangan tersebut diluncurkan AS pasca Taliban menyerang pos-pos pasukan Afganistan di Provinsi Helmand, pada Rabu, 4 Maret 2020.
Juru Bicara Pasukan AS di Afganistan Sony Legett mengatakan serangan tersebut sebagai bentuk pertahanan serta pembelaan untuk pasukan Afganistan. Dirinya juga ragu terkait perjanjian perdamaian yang dilakukan AS dan Taliban yang ditandatangani pada Sabtu, 29 Februari 2020 di Doha, Qatar.
Sebelumnya, gencatan senjata sebagian sudah mulai dilakukan di Afganistan dan berlangsung hingga saat ini. Langkah tersebut kerap disebut "pengurangan kekerasan", sehingga membuat sejumlah warga Afganistan menjadi lega.
Pasca penandatanganan perjanjian bersama AS, Taliban menyatakan 'kemenangan' terhadap AS secara terbuka. Bahkan, mereka mengaku akan kembali menyerang pasukan nasional Afganistan.
Pemerintah Afganistan juga sudah mengirimkan perwakilannya ke Qatar untuk berbicara dengan Taliban pada akhir Februari. Namun, juru bicara Taliban Suhail Shah een mengatakan mereka tidak akan bertemu perwakilan Kabul, kecuali untuk membahas pembebasan tahanannya.
Dilansir dari AFP, Taliban bergerilya melakukan sekitar 43 serangan selama semalaman penuh di pos-pos pasukan Afganistan di Helmand. Setidaknya 20 tentara dan beberapa polisi Afganistan terbunuh akibat peristiwa tersebut.
3. Bentrok Umat Hindu dan Muslim di India
Bentrok antara umat Hindu dan Muslim di New Delhi, India terjadi dalam dua hari yaitu pada Senin, 24 Februari 2020 dan Selasa, 25 Februari 2020.
Peristiwa tersebut dipicu protes lantaran Undang-Undang Kewarganegaraan yang dianggap anti Muslim. Kritikus menyebut undang-undang tersebut diskriminatif terhadap umat Muslim. Sebab, memperbolehkan warga non-Muslim asal Bangladesh, Afganistan, dan Pakistan yang masuk ke India secara ilegal untuk menjadi warga negara.
Pemerintah India yang saat ini dikuasai oleh Partai Nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP) mengatakan undang-undang tersebut dibuat untuk memberikan perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari persekusi agama.
RUU ini tentunya memicu aksi protes sejak diloloskannya tahun lalu, bahkan berujung bentrok. Dalam bentrok tersebut dilaporkan setidaknya menewaskan 27 orang serta 200 lainnya mengalami luka.
Saksi mata juga mengatakan petugas kepolisian di lokasi tidak berbuat banyak untuk menghentikan umat Hindu yang menyerang demonstran umat Muslim. Hingga kini, setidaknya polisi sudah menangkap 106 orang terkait peristiwa tersebut.
4. Setelah 8 bulan, Australia Berhasil Padamkan Karhutla
Ilustrasi karhutla di Australia. (Foto: www.knowablemagazine.org/JACKIE DIXON/@HELLOJACKIEDIXON)
Pemerintah negara bagian News South Wales, Australia secara resmi mengumumkan keberhasilannya mengatasi kebakaran hutan (karhutla). Peristiwa tersebut terjadi sekitar 8 bulan atau selama 240 hari.
Dinas pemadam kebakaran New South Wales menyampaikan peristiwa itu pertama kalinya terjadi sejak awal Juli 2019, dan titik api berhasil ditaklukan pada 13 Februari 2020.
Sebelumnya, pada bulan lalu dinas pemadam kebakaran sempat mengalami kegelisahan, lelah, dan trauma lantaran musim panas terjadi dalam waktu lama. Namun, hujan deras dalam sebulan terakhir ini diakui turut membantu memadamkan api. Setidaknya lebih dari 30 kebakaran berhasil dipadamkan dalam kurun waktu sepekan.
New South Wales merupakan negara bagian yang mengalami bencana kebakaran hutan terparah di Australia. Asap karhutla menimbulkan cuaca buruk, bahkan kualitas udara di sana masuk ke dalam kategori berbahaya pada Desember silam.
Dalam peristiwa ini juga turut memakan korban yang tidak sedikit, yaitu sekitar 28 orang meninggal, 3.000 rumah hancur, serta ribuan hewan mati.
5. Abu Sayyaf Minta Tebusan Rp 8,4 M untuk Lima WNI Disandera
Ilustrasi Penyanderaan. (Foto: gulfnews.com/iStockphoto)
Kelompok bersenjata Abu Sayyaf dilaporkan meminta tebusan sebanyak 30 juta peso atau sekitar Rp 8,4M untuk lima warga negara Indonesia (WNI) yang disanderanya.
Permintaan tersebut diketahui pasca anak buah Komandan Komando Mindanao Barat Letjen Cirilito Sobejana yang bertugas di Sulu menyadap pesan para penawan, dan mengatakan pada mereka tidak akan mengabulkan permintaan tersebut.
Kelompok bersenjata Abu Sayyaf diketahui menawan lima WNI, yaitu Riswanto Bingung Hayono, Edi Bingung Lawalopo, Arshad Bingung Dahlan Juragan, Arizal Kastamiran, dan La Baa. Mereka diculik pada 15 Januari 2020 saat melaut di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.
Sejauh ini, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah bekerja sama dengan Filipina untuk membebaskan kelima WNI tersebut.
Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan pihaknya akan melakukan segala upaya untuk proses pembebasan lima WNI itu. []
Baca juga: